Jumat, 26 September 2014

PENGARUH BAHAN TOKSIK PADA SISTEM SARAF: PERHATIAN KHUSUS PADA PENGARUH PESTISIDA TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Kondisi iklim global yang makin tak menentu membuat semua
kalangan kalang kabut. Ekosistem yang berubah dengan cepat
memaksa orang berpikir ulang, apakah sebenarnya yang terjadi?
Pembalakan hutan, hunian baru di daerah resapan air, polusi udara
karena buangan gas karbon dioksida, limbah pabrik, rumah kaca serta
penggunaan AC meningkatkan temperatur di sekeliling kita. Benua
Antartika yang biasanya beku oleh es berangsur-angsur mencair.

Ikan dan terumbu karang di laut hancur akibat polusi limbah
yang dihasilkan pabrik. Petani banyak merugi karena perubahan cuaca
yang tak dapat diprediksi sebelumnya. Penyakit-penyakit baru muncul
akibat daya tahan tubuh menurun, virus flue burung, HIV, AIDS
meningkat jumlahnya, flue babi, serta infeksi-infeksi lainnya. Bencana
datang silih berganti mulai dari Tsunami, gunung meletus, tanah
longsor, banjir dimana-mana, serta yang lainnya.
Belum lagi Pestisida yang biasa digunakan untuk membasmi
penyakit tumbuhan serta pemakaiannya di lingkungan ternyata
meningkatkan jumlah anak hiperaktif, gangguan tumbuh kembang dan
efek negatif lainnya.

Hal-hal tersebut diatas membuat kita bertanya-tanya apakah
sebenarnya yang terjadi disekeliling kita?
Dari latar belakang masalah-masalah tersebut marilah kita
analisa mulai dari dalam rumah tinggal kita. Makin majunya zaman,
menuntut kita bekerja serba cepat. Ayah dan ibu yang bekerja,
kesulitan mendapat pembantu rumah tangga, harus mengerjakan
pekerjaan di rumah secara cepat. Tersajilah mie instan dengan MSGnya.
Pakaian yang dicuci dengan mesin cuci menggunakan bahan
kimia sebagai pembersihnya. Makin menjamurnya layanan laundry
yang sudah merambah ke desa, limbah detergen dibuang ke sungai
akan menimbulkan polusi. Pengguna air sungai dapat menderita gatalgatal,
radang kulit atau dermatitis. Ikan di dalamnya mati akibat bahan
kimia yang masuk ke sungai. Hal yang akan memperparah keadaan
adalah buangan limbah industri yang secara kuantitas lebih banyak
jumlahnya.

 Penggunaan AC serta kulkas di masing-masing rumah jelas akan
menyerap suhu lingkungan hingga meningkat akibat mesin pendingin
tersebut. Bahan kimiawi sebagai pengawet makanan, pewarna, lapisan
melamin untuk piring, mangkok, dan alat rumah tangga lainnya ikut
menambah beratnya polusi (Aribowo & Sudarmadji, 2007).
Pemberian melamin untuk meningkatkan kualitas susu bubuk di
China, ternyata berdampak negatip terhadap bayi. Gagal ginjal dan
kemungkinan meningkatnya kasus kanker merupakan salah satu efek
samping yang akan diderita bayi setelah meminumnya. Pralon yang
digunakan untuk lewat air minum pun mengandung Plumbum yang
ditengarai berefek negatif terhadap kesehatan.

Makanan dengan pewarna sintetis pakaian disalahgunakan untuk
pewarna makanan. Tak kurang hebatnya lagi disajikan di halaman
sekolah dengan warna mencolok yang sangat menarik bagi anak-anak
sekolah mulai dari Play Group sampai SLTA. Perhitungan bisnis
untuk meraup untung sebanyak-banyaknya menghalalkan bahan
pewarna pakaian untuk dicampurkan ke dalam makanan tanpa
mempertimbangkan bahaya di kemudian hari dengan timbulnya
kanker pada kandung kemih (Santoso, 1983).

Mono sodium glutamate (MSG) atau yang lebih dikenal sebagai
penyedap makanan ke depannya dapat membuat anak menjadi
hiperaktif dan agresif akibat pacuan MSG terhadap sel-sel otak anak.
MSG juga banyak dikandung di dalam mie instan yang hampir dapat
dipastikan setiap orang pernah mengkonsumsinya. Akibatnya antara
lain dapat meningkatkan prevalensi anak hiperaktif (Schettler, 2003).





Limbah industri sering kali belum dikelola dengan baik. Banyak
yang dibuang ke sungai, sehingga menimbulkan masalah. Lingkungan
dapat tercemar, mungkin tumbuh-tumbuhan banyak yang mati, hewan
piaraan sakit, air sumur terpajan, serta udara sekeliling kurang sehat.
Industri batu baterei juga dapat berimbas pada anak-anak dengan
gangguan tumbuh kembang, bahkan cenderung menjadi kretinisme.
Pengaruh terhadap orang tua dapat menjadi demensia, dermatitis serta
benjolan di kulit yang ternyata adalah tumor.

Pajanan Merkuri sebagai bahan pemrosesan emas dan perak
juga berimbas negatip. Peristiwa Newmont di Sulawesi Utara
merupakan salah satu bukti yang harus diwaspadai, walaupun
akhirnya dinyatakan tidak berbahaya. Kerusakan lingkungan yang
terjadi di Freeport, Papua pun tidak kalah menariknya untuk
direnungkan.
Global warming yang baru saja dibicarakan menunjukkan
banyaknya efek negatif yang ditimbulkan bukan saja dari beberapa
Negara, bahkan efeknya sudah mempengaruhi alam semesta. Kota
besar yang membutuhkan paru-paru untuk lingkungan sudah terkikis
oleh bangunan yang menjulang tinggi. Efek yang ditimbulkan
terhadap karyawan-karyawan yang bekerja disitu antara lain berupa
Influenza yang berkepanjangan memberikan tantangan tersendiri,
sebenarnya perubahan apa saja yang mempengaruhi kesehatan
seseorang?

Dengan segala pengaruh berdampak negatip terhadap
lingkungan bila dianalisa dari salah satu aspek pertanian, banyak
laporan masuk tentang efek samping yang ditimbulkan penggunaan
Insektisida karena kurang tepat pelaksanaannya. Dosis yang
seharusnya digunakan, penggunaan alat pelindung yang dianggap
mengganggu, cara mencampur Insektisida dengan jari tangan,
penyemprotan tanpa mempertimbangkan arah angin, merupakan
masalah yang ikut berperan untuk terjadinya keracunan (Sudarmadji,
1999).

Penelitian pendahuluan terhadap petani di Kecamatan Sinduadi,
Mlati, Sleman, Derah Istimewa Yogyakarta terhadap penyemprot
dengan Pestisida menimbulkan nyeri kepala, mata panas dan berair,
anggota gerak merasa kebas dan baal, serta terjadi penurunan aktivitas
Cholin esterase dalam serum darahnya (Sudarmadji, 1994). Penelitian
berikutnya terhadap petani penyemprot dengan Pestisida di
Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
mendapatkan hasil rekaman ENMG saraf tepi ke empat anggota gerak
mengalami perpanjangan latensi serta penurunan amplitudo saraf yang
mengurusi lengan dan kaki. Hal tersebut merupakan gejala awal
neuropati atau penurunan fungsi saraf tepi dalam kekuatan maupun
kepekaan terhadap rangsang di kulit, walaupun secara pribadi belum
dikeluhkan yang bersangkutan (Sudarmadji, 1995)



Pengganti DDT adalah golongan Organofosfat. Insektisida
direkomendasikan karena larut didalam air dan lemak. Waktu paruh
yang relatif singkat diharapkan cepat diekskresi keluar tubuh.
Penelitian yang dilakukan Sudarmadji (1996) mendapatkan gambaran
bahwa pola kebersihan, kebiasaan hidup bersih serta penggunaan alat
pelindung masih minim dipakai di Kecamatan Kokap dan. Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo serta Kecamatan Kemiri dan Pituruh
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sebagai daerah endemis Malaria.
Lokasi Kulon Progo dan Purworejo yang berhubungan langsung,
mobilitas penduduk yang cukup tinggi memperbesar risiko
terjangkitnya Malaria yang dibawa nyamuk

Lokasi pegunungan yang
berbukit-bukit, mata air yang dikelilingi tumbuhan rimbun sangat
nyaman untuk tempat bertelurnya nyamuk. Peran dalam
mempertahankan endemisitas Malaria di dua Kabupaten tersebut
sangat didukung oleh kondisi geografis.
Ketidaktahuan mengenai bahaya Pestisida merupakan penyebab
timbulnya efek samping yang tidak diharapkan. Sebelum melakukan
penyemprotan, setiap petugas sudah mendapatkan pengarahan untuk
pelaksanaan di lapangan. Cara mencampur Fenitrothion menggunakan
ujung jari tangan merupakan kondisi yang paling sering dijumpai pada
waktu melakukan evaluasi ke lapangan. Penggunaan alat pelindung
yang terdiri dari topi, kaca mata, apron, baju lengan panjang, masker,
sarung tangan, celana panjang serta sepatu boot jarang dipakai.

Alasannya cukup beragam, mulai dari rasa panas dan berkeringat saat
menggunakan topi, sarung tangan, apron dan sepatu boot, gelap bila
memakai kaca mata pelindung merupakan alasan kenapa alat-alat
pelindung tersebut tidak digunakan. Saat jam istirahat antara jam 12
sampai jam 1 siang tanpa mencuci tangan langsung makan atau
merokok. Pulang melakukan penyemprotan, baju dan celana panjang
tidak dilepas, sehingga bila kehujanan Fenitrothion yang melekat di
baju dan celana akan terserap masuk tubuh melalui kulit. Belum lagi
yang terhirup lewat udara serta masuk saat makan. Hal-hal tersebut
menambah jumlah Fenitrothion dalam tubuh. Status asetilasi lambat
dari masing-masing penyemprot akan menambah akumulasi
Fenitrothion.

Next .... ( Insya Allah)


Pesticide Free Ontario Canadian Association of Physician for the
environment Grade poll survey report Toronto ON Oracle Pub
2007. Avaible from www.flora.org./healthtyottawa/
pfo9620CAPE5620.
Rowley DL, Rab MA, Hardjotanoyo W, Liddle J, Burse VW, Saleem
M, Sokal D, Falk H & Head SL, 1987. Convulsions Caused by
Endrin Poisoning in Pakistan. Pediatrics, 79:928-34
Santoso B, 1983. Genetics and enviromental influences on
polymorphic drug acetylation Disertasi. Claremont Place, New
castle Upon tyne
Santoso U. 2009. Peranan Ahli Pangan dalam mendukung keamanan
dan kehalalan pangan. Pidato pengukuhan, UGM, Yogyakarta
Schettler T, 2003. Developmental Disabilities- Impairment of
Children”s Brain Development and Function: The Role of
Enviroment


Tidak ada komentar:

Posting Komentar



إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).