Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
keluhan yang umum sekali terjadi pada masyarakat. Berdasarkan prevalensi
yang ada, angka kejadian hipertensi semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Selain itu banyak pasien hipertensi yang belum mendapatkan
pengobatan yang seharusnya, atau ada yang sudah diobati namun tekanan
darahnya masih belum turun sesuai yang diharapkan. Tidak menutup
kemungkinan juga bagi pasien-pasien hipertensi yang disertai penyakit
penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
EPIDEMIOLOGI
Lebih dari separuh penderita hipertensi
adalah pasien berusia >65 tahun. (Yugiantoro, 2009). Selain itu
pasien yang datang ke dokter untuk mengontrol tekanan darahnya hanya
mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi. Menurut data dari The
National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), angka kejadian
hipertensi pada tahun 1999 – 2000 pada orang dewasa adalah sekitar 29 –
31%, yang berarti terdapat 58 – 65 juta orang hipertensi di Amerika,
dan angka ini mengalami kenaikan 15 % dari data tahun 1988 – 1991.
Hipertensi esensial sendiri adalah 95 % dari seluruh kasus hipertensi.
DEFINISI
Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang
tidak diketahui pasti penyebabnya. Biasanya hipertensi ini terkait
dengan riwayat genetik yang diturunkan dari keluarga yang pernah
menderita hipertensi. Secara umum, JNC 7 (The Seventh Report of The Joint National Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
telah mengklasifikasikan tekanan darah pada orang dewasa (>18 tahun)
menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat I, dan hipertensi derajat II (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).