Selasa, 22 April 2014

Pemasangan Central Venous Pressure (CVP)

1. Pengertian
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS)
Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.
Perawat harus memperhatikan perihal :
1. Mengadakan persiapan alat – alat
2. Pemasangan manometer pada standard infus
3. Menentukan titik nol
4. Memasang cairan infus
5. Fiksasi
6. Fisioterapi dan mobilisasi
2. Tujuan
1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara intravena
3. Untuk mengambil darah vena
4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena
5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama
CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan parameter yang lainnya seperti :
  • Denyut nadi
  • Tekanan darah
  • Volume darah
  • CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam tubuh penderita, yang ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal : syock hipovolemik –> CVP rendah
3. Persiapan untuk pemasangan
a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan klg ttg:
– tujuan pemasangan,
– daerah pemasangan, &
– prosedur yang akan dikerjakan
b. Persiapan alat
– Kateter CVP
– Set CVP
– Spuit 2,5 cc
– Antiseptik
– Obat anaestesi lokal
– Sarung tangan steril
– Bengkok
– Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
– Plester
4. Cara Kerja
a. Daerah yang Dipasang :
  • Vena femoralis
  • Vena cephalika
  • Vena basalika
  • Vena subclavia
  • Vena jugularis eksterna
  • Vena jugularis interna
b. Cara Pemasangan :
  • Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
  • Bahu kiri diberi bantal
  • Pakai sarung tangan
  • Desinfeksi daearah CVP
  • Pasang doek lobang
  • Tentukan tempat tusukan
  • Beri anestesi lokal
  • Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
  • Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc
  • Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang berlawanan
  • Darah dihisap dengan spuit tadi
  • Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena cava superior atau atrium kanan
  • Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three way stopcock
  • Kateter fiksasi pada kulit
  • Beri betadhin 10%
  • Tutup kasa steril dan diplester
5. Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Sublavia
1. Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm – 2,5 cm)
2. Fiksasi mudah
3. Menyengkan penderita
4. Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu
6. Cara Menilai CVP dan Pemasangan Manometer
1. Cara Menentukan Titik Nol

CVP Manometer
  • Penderita tidur terlentang mendatar
  • Dengan menggunakan slang air tang berisi air ± setengahnya -> membentuk lingkaran dengan batas air yang terpisah
  • Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang satu. Sisi yang lain ditempatkan pada manometer.
  • Titik nol manometer dapat ditentukan
  • Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik aliran V.cava superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu menjadi satu.
Liat gambar di bawah ini

Posisi pasien saat pengukuran CVP
7. Penilaian CVP
  • Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock -> amati infus lancar atau tidak
  • Penderita terlentang
  • Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka tertinggi -> jaga jangan sampai cairan keluar
  • Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer akan masuk ke tubuh penderita
  • Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi)
  • Undulasi berhenti -> disitu batas terahir -> nilai CVP
  • Nilai pada angka 7 -> nilai CVP 7 cmH2O
  • Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP
8. Nilai CVP
  • Nilai rendah : < 4 cmH2O
  • Nilai normal : 4 – 10 cmH2O
  • Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O
  • Nilai tinggi : > 15 cmH2O
Penilaian CVP dan Arti Klinisnya
CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya adalah sebagai berikut :
1. CVP rendah (< 4 cmH2O)
  • Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.
  • Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik
  • Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik
2. CVP normal (4 – 14 cmH2O)
  • Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya dalam sirkulasi.
  • Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik
  • Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik shock
3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)
  • Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)
  • Terapi : obat kardiotonika (dopamin).
8. Faktor -faktor yang Mempengaruhi CVP
1. Volume darah :
  • Volume darah total
  • Volume darah yang terdapat di dalam vena
  • Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan
2. Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung
3. Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi
4. Penggunaan obat – obatan vasopresor
5. Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal :
  • Post operasi illeus
  • Hematothoraks
  • Pneumothoraks
  • Penggunaan ventilator mekanik
  • Emphysema mediastinum
6. Emboli paru – paru
7. Hipertensi arteri pulmonal
8. Vena cava superior sindrom
9. Penyakit paru – paru obstruksi menahun
10. Pericarditis constrictiva
11. Artevac ; tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam v.jugularis inferior

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).