Rabu, 02 Oktober 2013

Patalogi

Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di banyak negeri, dokter yang berpraktek patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik, diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh.

Patolog anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang umumnya melibatkan pemeriksaan visual kasar dan mikroskopik pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Di Indonesia, jumlah dokter patologi anatomi belum banyak, hanya sekitar 220 orang.[1] Dokter spesialis ini diberi gelar SpPA.

1.Patologi bedah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Patologi bedah
Patologi bedah adalah daerah praktek terpenting dan memakan waktu bagi kebanyakan patolog anatomi. Patologi bedah melibatkan pemeriksaan kasar dan mikroskopik spesimen bedah, seperti biopsi yang dibawa oleh dokter bukan bedah seperti dokter penyakit dalam, kulit, dan radiolog intervensi.
Sitopatologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sitopatologi
Sitopatologi adalah cabang ilmu patologi anatomi yang berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam. Sitopatolog dilatih untuk melakukan aspirasi jarum tajam dari organ, massa, ataupun kista yang terletak di permukaan, dan sering bisa memuat diagnosis segera dalam kehadiran pasien dan dokter yang mengajukan konsul. Dalam kasus uji tapis seperti apus Papanicolaou, sitoteknolog yang bukan dokter sering diminta melakukan tinjauan awal, dengan kasus yang satu-satunya positif maupun tak pasti yang diuji oleh patolog.

2.Patologi molekuler
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Patologi molekuler
Patologi molekuler adalah cabang ilmu yang tumbuh dalam patologi anatomi yang berfokus pada penggunakan teknik berdasar asam nukleat seperti hibridisasi in situ, reaksi berantai polimerase transkriptase balik, dan mikroarray asam nukleat untuk studi penyakit khusus pada jaringan dan sel. Patologi molekuler menerima beberapa aspek praktis patologi anatomi dan klinik, dan kadang-kadang dianggap bidang "lintas ilmu".

3.Patologi autopsi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: autopsi
Patolog anatomi umum dilatih melakukan autopsi, yang digunakan untuk menentukan berbagai faktor yang menyebabkan kematian seseorang. Otopsi penting dalam pendidikan medis para klinikus, dan dalam usaha untuk memperbaiki dan memverifikasi kualitas perawatan medis. Diener adalah tokoh bukan dokter yang membantu patolog pada porsi otopsi diseksi kasar. Otopsi mewakili kurang dari 10% beban kerja patolog di Amerika Serikat.[2] Namun, autopsi adalah pusat persepsi publik di bidang ini, khususnya karena penggambaran patolog di acara televisi seperti Quincy, M.E. dan Silent Witness.

4.Patologi forensik
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Patologi forensik
Patolog forensik menerima pendidikan subspesialis dalam menentukan penyebab kematian dan informasi lain yang relevan secara hukum dari tubuh seseorang yang mati dalam keadaan non-medis maupun kemungkinan kejahatan. Autopsi mencakup kebanyakan, namun tak semua kerja patolog forensik yang berpraktek, dan patolog forensik adakalanya berkonsultasi

Irosis merupakan 10 teratas penyebab kematian di dunia Barat, terutama disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol, kontributor utama lainnya adalah hepatitis kronis, penyakit saluran empedu, dan kelebihan zat besi. Tiga mekanisme patologik utama yang berkombinasi untuk menjadi sirosis adalah kematian sel hati, regenerasi, dan fibrosis progresif. Mekanisme akhir yang menyebabkan kematian pada sebagian besar pasien dengan sirosis adalah (1) gagal hati progresif, (2) komplikasi yang terkait dengan hipertensi porta, atau (3) timbulnya karsinoma hepatoselular.

Jumat, 27 September 2013

Sirkulasi Janin




SIRKULASI DARAH JANIN

Pada janin masih terdapat fungsi foramen ovale,duktus arteriosus botali,duktus venosus arantii danarteri umbilikalis mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melaluivena umbilikalis masuk ke dalam tubuh janin.sebagian besar darah tersebut melalui duktus venosusarantii,di dalam atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atriumsinistra melalui foramen ovaleyang terletak diantara dekstra dan atrium sinistra.

Dari atrium sinistraselanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke aorta.Hanya sebagian kecil darah dari atrium dekstra mengalir ke ventrikel dekstra bersama-samadengan darah yang berasal dari vena cava superior.karena terdapat tekanan dari paru-paru yangbelum berkembang,sebagian besar darah dari ventrikel dekstra ini yang seyogianya mengalir melaluiarteri pulmonaliske paru-paru akan mengalir melalui duktus arteriosus botali ke aorta,sebagian kecilakan menuju ke paru-paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena pulmonalis.darah dari aortaakan mengalir keseluruh tubuh janin untuk memberi nutrisi oksigenasi pada sel-sel tubuh.

Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran akandialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis,seterusnya diteruskan ke peredaran darah dikotiledondan jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis demikian seterusnya,sirkulasi janin iniberlangsung ketika janin berada di dalam uterus.ketika janin dilahirkan,segera bayi menghisap udaradan menangis kuat,dengan demikian paru-parunya akan berkembang,tekanan dalam paru-parumengecil dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru,dengan demikian duktus botali tidakberfungsi lagi,demikian pula karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat foramen ovale akantertutup sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi.

Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akanmengalami obiliterasi,dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi olehudara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengansistem pencernaan sendiri.

PENGATURAN KARDIOVASKULER



                   Mekanisme Pengaturan Lokal
1.      Autoregulasi
Autoregulasi adalah kapasitas jaringan untuk mengatur aliran darahnya sendiri. Kebanyakan pembuluh darah memiliki kapasitas intrinsik untuk mengompensasi perubahan moderat pada tekanan perfusi dengan mengubah tahanan pembuluh sehingga aliran darah relatif konstan.
2.      Metabolit Vasodilator
Perubahan metabolit yang menghasilkan vasodilatasi pada kebanyakan adalah rsfingter prakapiler. Peningkatan CO2 dan osmolalitas juga mendilatasikan pembuluh. Peningkatan suhu menimbulkan efek vasodilator langsung, dan peningkatan suhu di jaringan aktif turut membantu terjadinya vasodilatasi. K+ dan laktat berperan pada dilatasi.
3.      Vasokonstriksi Setempat
Arteri dan arteriol yang cidera berkonstriksi secara kuat. Konstriksi sebagian disebabkan oleh pembebasan serotonin setempat dari trombosit yang melekat pada dinding pembuluh yang cidera.
B.     Zat yang Disekresi Oleh Endotel
Sel-sel endotel membentuk organ yang mengeluarkan zat vasoaktin, antara lain adalah prostaglandin dan tromboksan, nitrat oksida, dan endotelin.
1.      Prostasiklin dan Tromboksan A2
Prostasiklin dihasilkan oleh sel endotel dan Tromboksan A2 dihasilkan oleh trombosit. Tromboksan A2 meningkatkan agregasi trombosit dan vasokonstriksi, sedangkan prostasiklin menghambat agregasi trombosit dan meningkatkan vasodilatasi. Keseimbangan antara tromboksan A2 dan prostasiklin trombosit meningkatkan agregasi trombosit local dan menimbulkan pembentukan bekuan sekaligus mencegah perluasan bekuan yang berlebihan dan mempertahankan aliran darah sekitarnya.
2.      Nitar Oksida
Nitar Oksida (NO) disintesis dari arginin yang dikatalis oleh nitrat oksida sintase. Saat ini terdapat 3 bentuk iso NO sintase terdapat 3, yaitu NOS 1 (di system saraf), NOS 2 (di makrofag dan sel imun lain), NOS 3 (di sel endotel). NOS 1 dan 3 diaktifkan oleh zat yang meningkatkan konsentrasi Ca2+ intrasel, termasuk vasodilator asetikolin dan bradikinin. NO yang dihasilkan oleh sel endotel berdifusi ke dalam sel otot polos, dan bertindak sebagai perantara relaksasi otot polos vaskular. NO juga berperan dalam remodeling vaskular dan angiogenesis. Ereksi penis juga dihasilkan oleh pelepasan NO yang menyebabkan vasodilatasi.
3.      Endotelin
Sel endotel menghasilkan endotelin-1, endotelin-2, dan endotelin-3. Ketiga endotelin tersebut adalah anggota famili 3 polipeptida yang mengandung 21 asam amino.
·         endotelin-1
Di sel endotel, produk gen endotelin-1 diproses untuk menjadi suatu prahormon 39-asam amino, yaitu big endotelin-1 yang memiliki aktivitas endotelin-1 sekitar 1%. Prahormon diputus di ikatan Trp-val converting enzyme.
C.    Pengaturan Sistemik Oleh Hormon
Hormon vasodilator antara lain adalah kinin, VIP, dan ANP. Hormone vasokonstriktor dalam darah adalah vasopresin, norepinefrin, epinefrin, angitensin II.
 
§  Kinin
Di tubuh terdapat dua peptide yang berkaitan yang disebut kinin, diantaranya adalah nonapeptida bradikinin dan dekapeptida lisilbradikinin (kalidin). Kedua peptida ini dibentuk dari dua protein precursor, high-molekuler-weight kininogen dan low-molekuler-weight kininogen melalui alternative splicing. Kinin menyebabkan kontraksi otot polos visseral, tetapi menyebabkan relaksasi otot polos vascular melalu NO, yang menurunkan tekanan darah. Kinin juga meningkatkan permeabilitas kapiler, menarik leukosit, dan menyebabkan nyeri apabila disuntikkan di bawah kulit.
 
§  Hormon natriuretik
Peptida  natriuretik atrium yang disekresi oleh jantung mengantagonisasi kerja berbagai agen vasokonstriktor dan menurunkan tekanan darah.
 

Vasopressin adalah suatu vasokonstriktor kuat, tetapi apabila disuntikkan pada individu normal akan menimbulkan kompensasi penurunan curah jantung sehingga terjadi sedikit perubahan pada tekanan darah. Norepinefrin memiliki efek vasokonstriktor umum, sedangkan epinefrin mendilatasikan pembuluh di otot rangka dan hati. Oktapeptida angiotensin II memiliki efek vasokonstriksi umum, yang dibentuk dari angiotensin I yang dibebaskan oleh kerja rennin dari ginjal pada angiotensinogen dalam darah.
D.    Pengaturan Sistemik Oleh Sistem Saraf
1)      Mekanisme Pengaturan Oleh Saraf
Semua pembuluh darah kecuali kapiler dan venula mengandung otot polos dan menerima serabut saraf motorik dari divisi simpatis susunan saraf otonom. Serabut yang mensarafi pembuluh tahanan mengatur aliran darah jaringan dan tekanan arteri. Serabut yang mensarafi pembuluh kapasitans vena mengubah-ngubah volume darah yang dismpan di vena. Konstriksi vena dihasilkan oleh ransang yang juga mengaktifkan saraf vasokonstriktor  yang menuju arteriol. Akibatnya, penurunan kapasitas vena meningkatkan arus balik vena, dan menggeser darah ke arah arteri di sirkulasi.
 
2)      Persarafan Pembuluh Darah
Serabut noradrenergik berfungsi sebagai vasokonstriktor. Selain persarafan vasokonstriktor, pembuluh tahanan pada otot rangka di persarafi oleh serabut vasodilator yang bersifat kolinergik.  Berkas serabut noradrenergic dan kolinergik membentuk suatu fleksus pada lapisan adventisia arteriol. Transmitter mencapai bagian dalam media dengan cara difusi , dan arus menyebar dari satu sel otot polos ke sel yang lain melalui taut celah. Serabut vasokonstriktor yang menuju kebanyakan pembuluh darah memiliki sejumlah aktivitas tonik, sedangkan pada vasodilatasi tidak terdapat pelepasan impuls tonik. Sebagian saraf kolinergik juga mengandung VIP yang menimbulkan vasodilatasi. 
 
3)      Persarafan Jantung
Impuls di saraf simpatik noradrenergik yang menuju jantung meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, serta menghambat stimulasi vagus.
 
4)      Pengaturan vasomotor
Aktivitas reflex spinal mempengaruhi tekanan darah , tetapi kendali utama tekanan darah dilakukan oleh kelompok neuron di medulla oblongata yang disebut sebagai daerah vasomotor atau pusat vasomotor. Impuls yang sampai ke medulla juga mempengaruhi denyut jantung melalui pelepasan impuls vagus ke jantung. Bila pelepasan impuls vasokonstriktor meningkat, kontraksi arteriol dan tekanan darah juga meningkat.
 
5)      Serabut aferen yang menuju daerah vasomotor




Autoregulasi


Autoregulasi adalah kapasitas jaringan untuk mengatur aliran darahnya sendiri. Kebanyakan pembuluh darah memiliki kapasitas intrinsik untuk mengompensasi perubahan moderat pada tekanan perfusi dengan mengubah tahanan pembuluh sehingga aliran darah relatif konstan.

Tekanan darah arteri rata-rata

Tekanan darah merupakan salah satu konsep yang wajib diketahui oleh perawat. Termasuk salah satu dari komponen tanda-tanda vital. Ada cara mudah dalam memahami tekanan darah. Tekanan darah adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Proses tekanan ini, sebetulnya dimulai pada saat darah keluar dari jantung, beredar ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung. Karena pembuluh darah darah terbagi 2, yaitu arteri dan vena, maka tekanan darah juga dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu tekanan darah arteri dan tekanan darah vena. 
 
Tekanan darah yang kita kenal sehari-hari adalah adalah tekanan darah arteri. Yang pengukurannya menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer atau tensian, bahasa umumnya. Sedangkan tekanan darah vena diukur dengan menggunakan CVP (Central Venous Pressure) atau tekanan vena sentral.

Dalam mengukur tekanan darah arteri, kita mengukur bagaimana kondisi jantung dalam memompa darah. Ada dua hasil yang kita temui. Yaitu sistolik dan diastolik, seperti yang orang awam ketahui pada umumnya. Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu saat ventrikel kontraksi. Titik terendah dalam siklus ini disebut diastolik yaitu saat ventrikel relaksasi (Normalnya 80mmHg). Selisih tekana sistolik dan tekanan diastolik disebut Pulse Pressure (Tekanan Nadi) Dan akan terus berubah sesuai dengan pertambahan usia. Sedangkan tekanan darah vena, dengan mudah kita dapat dengan CVP. Nilai normalnya di sternum 0 – 5 cmH2O, Midaxilla line = 5 – 15 cmH2O

Kembali ke pengukuran tekanan darah arteri, karena didapatkan dua hasil (Sistolik dan diastolik), maka kita perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya. Tekanan darah arteri rata-rata bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu :

MAP = (S + 2D)/3
 
MAP = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri rata-rata
S = Tekanan darah sistolik
D = Tekanan darah diastolik

Jadi perhitungannya, apabila seseorang mempunyai tekanan darah arteri 120/80 mmHg, maka MAP/tekanan arteri rata-ratanya adalah (120 + 160) atau 280/3 yaitu 93,4 mHg.

Hal ini penting diketahui oleh dokter dan perawat, karena tekanan darah arteri menggambarkan kondisi tekanan darah yang ada pada darah saat keluar dari jantung. Tekanan yang rendah mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan. Sehingga, oksigen dan sari-sari makanan tidak tersampaikan, dan akhirnya dapat terjadi penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini yang dinamakan dengan hipoksia.

Definisi Fisiologi Tekanan Darah

Untuk memahami penyakit-penyakit yang berhubungan dengan nilai tekanan darah, seperti Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau Hipotensi (tekanan darah rendah), atau lebih jauh lagi Shock (Penurunan tekanan darah yang ekstrim, sehingga darah tidak dapat sampai ke organ-organ vital tubuh, dan terjadi kegagalan fungsi), dibutuhkan konsep dasar yang lebih dari itu.

Tekanan darah, secara fisiologi dapat didefinisikan sebagai

BP = CO x SVR

BP = Blood Pressure/tekanan darah
CO = Cardiac output/ Curah jantung (Jumlah darah yang keluar dari jantun dalam waktu 1 menit)
SVR = Systemic Vascular Resisten/ Tahanan pembuluh darah sistemik (resistensi dinding pembuluh
darah terhadap aliran darah.


CO = SV x P

SV = Stroke Volume/volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan keluar jantung 1x pompaan)
P = Pulse/Nadi dalam satu menit

  BP = SV x P x SVR

Penjelasan :
Sudah jelas bahwa, tekanan darah itu sendiri merupakan perkalian dari 3 komponen yaitu Stroke volume, nadi dan tahanan dinding pembuluh darah. Sehingga dengan kata lain, dapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan darah yaitu, jumlah darah yang keluar dari jantung (SV), Denyut jantung (P) serta keadaan dinding pembuluh darah (SVR). 

Kita dapat mengambil analogi hitungan anak SD, yaitu 2 x 3 x 4 = 24. Apabila angka 2 diganti dengan 1 (diturunkan) tentu saja hasilnya akan turun menjadi 12, karena 1 x 3 x 4 = 12 he…....3x ^_^. Begitu juga dengan tekanan darah, kalau ada salah satu dari 3 unsur tersebut mengalami perubahan nilai, maka akan terjadi perubahan nilai juga pada tekanan darah.

Contoh kasus :

Pada orang dengan perdarahan hebat, jumlah darah yang ada dalam tubuh menjadi berkurang. Hal itu mengakibatkan darah yang masuk ke jantung menjadi sedikit, sehingga stroke volume jadi kecil/jadi sedikit. Karena terjadi penurunan stroke volume, akhirnya mengakibatkan tekanan darah menjadi turun. Kalau hal ini berlangsung ekstrim, terus-menerus dan tidak ditolong, seseorang dapat mengalami kematian, disebabkan kegagalan fungsi organ akibat tidak adanya suplai oksigen dan nutrisi untuk metabolisme yang dibawa oleh darah. Kondisi inilah yang disebut dengan shock hipovolemik.

Aliran darah

1. Darah
Bagian-bagian darah

Sel-sel darah (bagian yg padat)
Eritrosit (sel darah merah)
Leukosit (sel darah putih)
Trombosit (keping darah)



Plasma Darah (bagian yg cair)
Serum
Fibrinogen

Fungsi Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh plasma darah
2. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal
3. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah.
4. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel darah merah
5. Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih
6. Menutup luka yang dilakuakn oleh keping-keping darah
7. Menjaga kestabilan suhu tubuh.

2. Jantung
Jantung manusia dan hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruangan yaitu: bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan, serambi kiri. Pada dasarnya sistem transportasi pada manusia dan hewan adalah sama.

3. Pembuluh Darah
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh darah halus)
  1. Pembuluh NadiTempat Agak ke dalam,Dinding Pembuluh Tebal, kuat, dan elastis ,Aliran darah Berasal dari jantung ,Denyut terasaKatup ,Hanya disatu tempat dekat jantung ,Bila ada luka Darah memancar keluar
  2. Pembuluh Vena,Dinding Pembuluh Tipis, tidak elastis,Dekat dengan permukaan tubuh (tipis kebiru-biruan),Aliran darah Menuju jantung,Denyut tidak terasa,Katup Disepanjang pembuluh,Bila ada luka Darah Tidak memancar.
      3.  Getah Bening
              Disamping darah sebagai alat transpor, juga terdapat cairan getah bening. Terbentuknya cairan ini karena darah keluar melalui dinding kapiler dan melalui ruang antarsel kemudian masuk ke pembuluh halus yang dinamakan pembuluh getah bening (limfe)



1. Sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda

Dalam keadaan normal darah ada didalam pembuluh darah, ujung arteri bersambung dengan kapiler darah dan kapiler darah bertemu dengan vena terkecil (venula) sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini disebut sistem peredaran darah tertutup.

Peredaran darah ganda pada manusia, terdiri peredaran darah kecil (jantung –paru-paru – kembali ke jantung) dan peredaran darah besar (jantung – seluruh tubuh dan kembali ke jantung). Peredaran ini melewati jantung sebanyak 2 kali.


 
 

 CARA KERJA JANTUNG


Sistem sirkulasi memiliki 3 komponen:
  1. Jantung yang berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul gradien dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.
  2. Pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung
  3. Darah yang berfungsi sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi
Darah berjalan melalui sistim sirkulasi ke dan dari jantung melalui 2 lengkung vaskuler (pembuluh darah) yang terpisah. Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan paru. Sirkulasi sistemik terdiri atas pembuluh darah yang mengangkut darah antara jantung dan sistim organ.

Walaupun secara anatomis jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi atas separuh kanan dan kiri serta memiliki empat ruang, bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik bagian atas disebut dengan atrium yang menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik bawah, yaitu ventrikel yang berfungsi memompa darah dari jantung.

Pembuluh yang mengembalikan darah dari jaringan ke atrium disebut dengan vena, dan pembuluh yang mengangkut darah menjauhi ventrikel dan menuju ke jaringan disebut dengan arteri. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum atau sekat, yaitu suatu partisi otot kontinu yang mencegah percampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting karena separuh jantung janan menerima dan memompa darah beroksigen rendah sedangkan sisi jantung sebelah kiri memompa darah beroksigen tinggi.
Perjalanan Darah dalam Sistim Sirkulasi

Jantung berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.

Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan tubuh.

Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan memiliki volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi kiri jantung.

Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah, sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi yang tinggi.  Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi. Dengan demikian otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan sehingga sisi kiri adalah pompa yang lebih kuat.
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap yaitu dari vena ke atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan darah mengalir satu arah. Katup jantung terletak sedemikian rupa sehingga mereke membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan gradien tekanan. Gradien tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka sedangkan gradien tekanan ke arah belakang mendorong katup menutup.

Dua katup jantung yaitu katup atrioventrikel (AV) terletak di antara atrim dan ventrikel kanan dan kiri. Katup AV kanan disebut dengan katup trikuspid karena memiliki tiga daun katup sedangkan katup AV kiri sering disebut dengan katup bikuspid atau katup mitral karena terdiri atas dua daun katup. Katup-katup ini mengijinkan darah mengalir dari atrium ke ventrikel selama pengisian ventrikel (ketika tekanan atrium lebih rendah dari tekanan ventrikel), namun secara alami mencegah aliran darah kembali dari ventrikel ke atrium ketika pengosongan ventrikel atau ventrikel sedang memompa.

Dua katup jantung lainnya yaitu katup aorta dan katup pulmonalis terletak pada sambungan dimana tempat arteri besar keluar dari ventrikel. Keduanya disebut dengan katup semilunaris karena terdiri dari tiga daun katup yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan-separuh. Katup ini akan terbuka setiap kali tekanan di ventrikel kanan dan kiri melebihi tekanan di aorta dan arteri pulmonalis selama ventrikel berkontraksi dan mengosongkan isinya. Katup ini akan tertutup apabila ventrikel melemas dan tekanan ventrikel turun di bawah tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Katup yang tertutup mencegah aliran balik dari arteri ke ventrikel.
 
Walaupun tidak terdapat katup antara atrium dan vena namun hal ini tidak menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu karena tekanan atrium biasanya tidak jauh lebih besar dari tekanan vena serta tempat vena kava memasuki atrium biasanya tertekan selama atrium berkontraksi.
Proses Mekanis Siklus Jantung
Jantung secara berselang-seling berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan berelaksasi untuk mengisi darah. Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung.

Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dicetuskan oleh potensial aksi yang menyebar melalui membran-membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri. Hal ini disebabkan karena jantung memiliki mekanisme aliran listrik yang dicetuskannya sendiri guna berkontraksi atau memompa dan berelaksasi.
Potensial aksi ini dicetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang terdapat di jantung dan dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+, Na+, dan Ca++. Gangguan terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam tubuh dapat mengganggu mekanisme aliran listrik jantung.

Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung menyebar ke jaringan di sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan-cairan tubuh. Sebagian kecil aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh dan dapat dideteksi menggunakan alat khusus. Rekaman aliran listrik jantung disebut dengan elektrokardiogram atau EKG. EKG adalah rekaman mengenai aktivitas listrik di cairan tubuh yang dirangsang oleh aliran listrik jantung yang mencapai permukaan tubuh. Jadi EKG bukanlah rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.
Berbagai komponen pada rekaman EKG dapat dikorelasikan dengan berbagai proses spesifik di jantung. EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kecepatan denyut jantung yang abnormal, gangguan irama jantung, serta kerusakan otot jantung. Hal ini disebabkan karena aktivitas listrik akan memicu aktivitas mekanis sehingga kelainan pola listrik biasanya akan disertai dengan kelainan mekanis atau otot jantung sendiri.

Kapiler {the point of kapiler}

Sistem kapiler akan bekerja hanya jika cairan yang dipompa melalui pipa-pipa penyusunnya mempunyai kekentalan sangat rendah. Kekentalan rendah itu penting karena laju aliran berbanding terbalik dengan kekentalan… Dari sini, mudah dipahami bahwa jika kekentalan air bernilai hanya beberapa kali lebih tinggi daripada yang sekarang, memompa darah lewat sebuah pembuluh kapiler akan memerlukan tekanan amat tinggi, dan hampir semua sistem peredaran akan tidak dapat bekerja… Jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dan jika kapiler terkecil yang digunakan bergaris tengah 10, bukannya 3 mikrometer, maka kapiler-kapiler ini akan harus menempati semua bagian jaringan otot agar memberikan cukup persediaan oksigen dan glukosa. [Jika ini yang terjadi] maka pastilah perancangan bentuk-bentuk kehidupan tingkat tinggi akan tidak mungkin atau sangat dibatasi… Jadi, tampaknya, kekentalan air haruslah mirip seperti yang sekarang ini jika harus berperan sebagai sarana penyokong kehidupan. (Michael Denton, Nature’s Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, New York: The Free Press, 1998, h. 35-36)