Tekanan
darah yang kita kenal sehari-hari adalah adalah tekanan darah arteri.
Yang pengukurannya menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer atau
tensian, bahasa umumnya. Sedangkan tekanan darah vena diukur dengan
menggunakan CVP (Central Venous Pressure) atau tekanan vena sentral.
Dalam
mengukur tekanan darah arteri, kita mengukur bagaimana kondisi jantung
dalam memompa darah. Ada dua hasil yang kita temui. Yaitu sistolik dan
diastolik, seperti yang orang awam ketahui pada umumnya. Tekanan
tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik (Normalnya 120 mmHg), yaitu saat ventrikel kontraksi. Titik terendah dalam siklus ini disebut diastolik yaitu saat ventrikel relaksasi (Normalnya 80mmHg). Selisih tekana sistolik dan tekanan diastolik disebut Pulse Pressure
(Tekanan Nadi) Dan akan terus berubah sesuai dengan pertambahan usia.
Sedangkan tekanan darah vena, dengan mudah kita dapat dengan CVP. Nilai
normalnya di sternum 0 – 5 cmH2O, Midaxilla line = 5 – 15 cmH2O
Kembali
ke pengukuran tekanan darah arteri, karena didapatkan dua hasil
(Sistolik dan diastolik), maka kita perlu mencari tekanan arteri yang
sebenarnya. Tekanan darah arteri rata-rata bisa didapatkan dengan sebuah
rumus yaitu :
MAP = (S + 2D)/3
MAP = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri rata-rata
S = Tekanan darah sistolik
D = Tekanan darah diastolik
Jadi
perhitungannya, apabila seseorang mempunyai tekanan darah arteri 120/80
mmHg, maka MAP/tekanan arteri rata-ratanya adalah (120 + 160) atau 280/3 yaitu 93,4 mHg.
Hal ini penting diketahui oleh dokter dan perawat, karena tekanan darah arteri menggambarkan kondisi
tekanan darah yang ada pada darah saat keluar dari jantung. Tekanan
yang rendah mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan. Sehingga,
oksigen dan sari-sari makanan tidak tersampaikan, dan akhirnya dapat
terjadi penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini yang dinamakan dengan
hipoksia.
Definisi Fisiologi Tekanan Darah
Untuk memahami penyakit-penyakit yang berhubungan dengan nilai tekanan darah, seperti Hipertensi (tekanan darah tinggi) atau Hipotensi (tekanan darah rendah), atau lebih jauh lagi Shock (Penurunan tekanan darah yang ekstrim, sehingga
darah tidak dapat sampai ke organ-organ vital tubuh, dan terjadi
kegagalan fungsi), dibutuhkan konsep dasar yang lebih dari itu.
Tekanan darah, secara fisiologi dapat didefinisikan sebagai
BP = CO x SVR
BP = Blood Pressure/tekanan darah
CO = Cardiac output/ Curah jantung (Jumlah darah yang keluar dari jantun dalam waktu 1 menit)
SVR = Systemic Vascular Resisten/ Tahanan pembuluh darah sistemik (resistensi dinding pembuluh
darah terhadap aliran darah.
CO = SV x P
SV = Stroke Volume/volume sekuncup (jumlah darah yang dipompakan keluar jantung 1x pompaan)
P = Pulse/Nadi dalam satu menit
BP = SV x P x SVR
Penjelasan :
Sudah
jelas bahwa, tekanan darah itu sendiri merupakan perkalian dari 3
komponen yaitu Stroke volume, nadi dan tahanan dinding pembuluh darah.
Sehingga dengan kata lain, dapat kita simpulkan bahwa ada tiga faktor
yang mempengaruhi besar kecilnya tekanan darah yaitu, jumlah darah yang
keluar dari jantung (SV), Denyut jantung (P) serta keadaan dinding
pembuluh darah (SVR).
Kita
dapat mengambil analogi hitungan anak SD, yaitu 2 x 3 x 4 = 24. Apabila
angka 2 diganti dengan 1 (diturunkan) tentu saja hasilnya akan turun
menjadi 12, karena 1 x 3 x 4 = 12 he…....3x ^_^. Begitu juga dengan
tekanan darah, kalau ada salah satu dari 3 unsur tersebut mengalami perubahan nilai, maka akan terjadi perubahan nilai juga pada tekanan darah.
Contoh kasus :
Pada
orang dengan perdarahan hebat, jumlah darah yang ada dalam tubuh
menjadi berkurang. Hal itu mengakibatkan darah yang masuk ke jantung
menjadi sedikit, sehingga stroke volume jadi kecil/jadi sedikit. Karena
terjadi penurunan stroke volume, akhirnya mengakibatkan tekanan darah
menjadi turun. Kalau hal ini berlangsung ekstrim, terus-menerus dan
tidak ditolong, seseorang dapat mengalami kematian, disebabkan kegagalan
fungsi organ akibat tidak adanya suplai oksigen dan nutrisi untuk
metabolisme yang dibawa oleh darah. Kondisi inilah yang disebut dengan shock hipovolemik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).