Ilmu merupakan pondasi tegaknya amalan dan ibadah. Sebagian ulama salaf (terdahulu) berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93)
Jumat, 27 September 2013
Kapiler {the point of kapiler}
Sistem kapiler akan bekerja hanya jika cairan yang dipompa
melalui pipa-pipa penyusunnya mempunyai kekentalan sangat rendah.
Kekentalan rendah itu penting karena laju aliran berbanding terbalik
dengan kekentalan… Dari sini, mudah dipahami bahwa jika kekentalan air
bernilai hanya beberapa kali lebih tinggi daripada yang sekarang,
memompa darah lewat sebuah pembuluh kapiler akan memerlukan tekanan
amat tinggi, dan hampir semua sistem peredaran akan tidak dapat
bekerja… Jika kekentalan air sedikit saja lebih tinggi dan jika kapiler
terkecil yang digunakan bergaris tengah 10, bukannya 3 mikrometer, maka
kapiler-kapiler ini akan harus menempati semua bagian jaringan otot
agar memberikan cukup persediaan oksigen dan glukosa. [Jika ini yang
terjadi] maka pastilah perancangan bentuk-bentuk kehidupan tingkat
tinggi akan tidak mungkin atau sangat dibatasi… Jadi, tampaknya,
kekentalan air haruslah mirip seperti yang sekarang ini jika harus
berperan sebagai sarana penyokong kehidupan. (Michael Denton, Nature’s
Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, New
York: The Free Press, 1998, h. 35-36)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).