Kamis, 19 September 2013

Anatomy Otot

Keluhan nyeri pada lutut bukanlah sesuatu yang jarang ditemukan dalam dunia medis. Literatur barat bahkan menyebutkan 1 dari 4 orang pernah mengalami nyeri lutut. Secara statistik nyeri lutut lebih sering terjadi pada wanita di usia produktif dan dapat terjadi pada atlet maupun mereka yang bukan atlet. Gangguan yang ditimbulkan bervariasi dari nyeri ringan sampai tidak mampu berjalan.

Kelainan ini sebenarnya mudah dikenali tetapi kadang disepelekan oleh sebagian pasien, sehingga tingkat kekambuhannya cukup tinggi. Sebaliknya sebagian pasien yang lain begitu mencemaskan nyeri lutut yang mereka alami, menebak-nebak sendiri bahwa penyebabnya dikarenakan pengapuran sendi, kurangnya minyak sendi dan lain sebagainya sehingga akhirnya mengambil tindakan-tindakan pengobatan yang tidak tepat. Pada umumnya pasien kemudian datang ke dokter pada saat nyeri sudah sedemikian mengganggu.

Nyeri lutut bisa disebabkan oleh banyak hal: patellofemoral pain syndrome (PFPS), osteoarthritis, penyakit rematik (Gout arthritis, rheumatoid arthritis), trauma (rupture ACL, meniscal tear) dan lain sebagainya. Dari sekian banyak penyebab tersebut, PFPS merupakan penyebab nyeri lutut yang paling sering ditemukan.

ANATOMI LUTUT
Untuk memahami terjadinya nyeri lutut ada baiknya kita mengenali anatomi lutut secara sederhana. Lutut terdiri dari 2 macam sendi: sendi patellofemoral dan sendi tibiofemoral. Penulisan ini difokuskan ke sendi patellofemoral, dimana keluhan nyeri lutut di usia produktif lebih sering disebabkan oleh sendi ini.
Tempurung lutut kita, atau nama latinnya dikenal sebagai patella, berfungsi sebagai pengungkit paha bawah. Tulang kecil ini bergerak di alur yang berada di atas permukaan tulang paha (femur). Pergerakan ini disebut patellar tracking.
Berikut gambar anatomi sendi lutut:

anatomi lutut
anatomi sendi lutut
Patellar tracking sangat dipengaruhi oleh keseimbangan otot yang bekerja di lutut. Berikut gambar anatomi otot lutut:
otot yang bekerja di lutut
otot yang bekerja di lutut
Dari gambar diatas dapat dilihat keseimbangan lutut dipengaruhi oleh gaya yang menarik lutut ke arah atas (m. rectus femoris), bawah (patellar tendon), luar (m .vastus lateralis) dan dalam (m. vastus medialis). .
Bisa dikatakan bahwa otot vastus medialis memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan. Hal ini dikarenakan gaya yang bekerja ke arah atas (m. rectus femoris) tidak murni menarik lutut ke arah atas, tapi cenderung ke arah atas luar. Karena kondisi inilah otot yang menjaga keseimbangan gaya di sisi dalam harus bekerja ekstra untuk menyeimbangkan tarikan otot dari arah atas dan luar.
Bila otot sisi dalam tidak mampu menyeimbangkan gaya di lutut maka akan terjadi gangguan pergerakan tempurung lutut di atas alurnya. Patella akan cenderung tertarik ke sisi luar dan menekan permukaan tulang paha. Kondisi inilah yang menyebabkan timbulnya nyeri.

laterall patellar compression
tempurung lutut menekan permukaan tulang paha di sisi luar
Ketidakseimbangan gaya otot-otot di lutut dapat dipengaruhi oleh kekuatan dan kelenturan otot paha, sudut tulang paha terhadap panggul (lihat gambar), telapak kaki yang rata, atau bahkan alas kaki yang sudah aus.
lutut X salah postur
kiri: peningkatan sudut tulang paha terhadap panggul meningkatkan resiko nyeri lutut; kanan: posisi lutut normal
Perlu diketahui juga bahwa beban yang ditanggung oleh lutut bervariasi dari setengah kali berat badan orang pada saat berjalan, tiga kali saat naik tangga sampai tujuh kali saat berjongkok. Semakin sering dan semakin berat beban yang ditanggung oleh lutut semakin besar resiko terjadinya nyeri. Dengan demikian: orang gemuk, orang yang banyak berlari atau berjongkok mempunyai resiko tinggi terjadinya nyeri lutut.

RIWAYAT PENYAKIT
Sebelum masuk dalam pembahasan lebih lanjut, perlu dibedakan tanda-tanda nyeri lutut akibat PFPS dan nyeri lutut yang bukan akibat PFPS.  Pasien yang mengalami nyeri lutut akibat PFPS pada umumnya akan mengeluh nyeri di bagian depan lutut yang bertambah nyeri saat naik-turun tangga, berlari atau berjongkok. Tidak jarang juga yang mengalami nyeri lutut pada saat mencoba berdiri setelah duduk dalam jangka waktu yang lama atau mengeluhkan tempurung lututnya seperti mau lepas.

Dalam pengalaman kerja penulis, banyak pasien yang mengalami nyeri lutut akibat PFPS memiliki riwayat yang serupa. Banyak pasien yang mengalami nyeri lutut pada saat sedang memulai berolahraga lagi setelah lama tidak berolahraga. Mereka berolahraga dengan bobot yang sama pada saat berolahraga rutin sebelumnya, padahal ototnya belum terbiasa kembali. Ada juga yang disebabkan karena meningkatkan beban olah raga secara drastis, misalnya biasanya berlari 5 km lalu mencoba meningkatkan jarak tempuh larinya menjadi 10 km secara langsung, tidak secara bertahap.

Banyak juga ibu-ibu yang mengeluh nyeri lutut terutama setelah musim liburan. Pada umumnya hal ini terjadi pada ibu-ibu yang biasanya bekerja sebagai penjaga toko atau bekerja di kantor dan lebih banyak duduk, mendadak harus banyak berjalan saat berwisata, bermain dengan cucu, mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan durasi, intensitas dan frekuensi aktivitas yang menggunakan sendi lutut berhubungan erat dengan timbulnya nyeri.
Nyeri lutut yang ditandai dengan pembengkakan lutut, lutut yang panas dan kemerahan atau lutut yang seperti terkunci bukanlah nyeri lutut akibat PFPS. Kondisi ini akan mendapat penanganan yang berbeda dari terapi yang akan dipaparkan pada penulisan ini.

TERAPI
Prinsip terapi nyeri lutut akibat PFPS adalah mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk terapi:
1. Saat nyeri timbul, berikan kompres es (jangan kompres hangat) selama 15 menit dan dapat diulang sesering mungkin. Apabila masih nyeri, bisa digunakan obat penghilang nyeri berupa salep ataupun tablet yang dijual bebas dan pastikan bagaimana cara penggunaan obat tersebut.
2. Hindari aktivitas yang membebani sendi lutut seperti berlari, jongkok dan naik turun tangga. Untuk pasien yang aktif berolahraga , gunakan prinsip “start low go slow“. Mulai dengan bobot yang rendah dan tingkatkan beban secara bertahap.
3. Apabila nyeri sudah berkurang, latihlah kekuatan dan kelenturan otot paha untuk mencegah timbul nyeri berulang. Latihan kekuatan otot paha atas secara sederhana dapat dilakukan dengan bersepeda statis. Harus diingat, posisi duduk harus dipasang setinggi mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk melatih kekuatan otot paha atas sisi dalam.
Contoh lain latihan penguatan paha atas:
latihan penguatan paha atas
latihan penguatan paha atas: Straight Leg Lift
Posisikan diri Anda seperti gambar di atas Angkat kaki kanan setinggi ibu jari kaki kiri kemudian tahan selama 5-10 detik. Turunkan kaki Anda perlahan selama beberapa detik. Ulang 5-10 kali dan latih sisi sebelahnya.
Contoh latihan peregangan paha atas:
peregangan otot paha atas
peregangan otot paha atas: Ilio Tibial Band strecth
Posisikan diri Anda seperti gambar di atas, dengan kaki kanan menyilang di depan kaki kiri. Satukan kedua telapak tangan dan arahkan ke lantai. Anda akan merasakan peregangan di sisi luar dari paha atas kiri. Tahan selama 10-20 detik, ulang 5-10 kali dan latih sisi sebelahnya.
4. Perhatikan alas sepatu yang dipakai, bila sudah aus, sebaiknya gunakan sepatu baru.
5. Bila didapati adanya telapak kaki rata (flat foot), penggunaan bantalan kaki (foot orthosis) yang dibuat khusus atau dijual bebas dapat dianjurkan.
foot orthoses
bantalan kaki khusus
6. Pemakaian patellar taping oleh tenaga terlatih atau knee bracing sangat dianjurkan pada saat nyeri. Nyeri akan berkurang dan program latihan penguatan-peregangan otot dapat dimulai sesegera mungkin.
patellar taping
patellar taping: mengembalikan posisi tempurung lutut kembali ke alurnya
patellar taping
patellar taping: mengembalikan posisi tempurung lutut kembali ke alurnya
knee brace
knee brace: mengurangi tekanan pada sendi lutut
Suntikan cairan sendi, steroid dan penggunaan obat sendi seperti glukosamin dan chondroitin tidak terbukti berguna untuk kelainan ini.

PROGNOSIS
Kelainan ini memiliki angka kesembuhan yang sangat baik. Angka kekambuhanpun akan jauh menurun bila pasien rajin melatih kekuatan dan kelenturan otot secara mandiri. Perlu diingat bahwa kesembuhan tidak dapat dicapai dalam semalam. Perlu proses dan waktu. Biasanya nyeri akan berangsur-angsur hilang setelah 1-2 bulan.
Bila pasien tidak sanggup berkomitmen untuk berlatih secara mandiri, pasien dapat berkonsultasi dengan dokter dan menggunakan jasa fisioterapis.

Shofiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).