Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe,
jaringan pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus
respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan
plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan
pengikat longgar. Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel
limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid, sedangkan
organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri.
Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung
terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan
makrofag atau tidak.
Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:
Jaringan limfoid primer/sentral
Jaringan
limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang
berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer ,
yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum
tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B
berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer
mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam
anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan
serabut retikuler.
Jaringan limfoid perifer/sekunder
Jaringan
limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit
yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel
yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh.
Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler
yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler.
Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong
dalam jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla
Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi menjadi:
1. Jaringan limfoid longgar
Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak dari sel-sel bebas.
2. Jaringan limfoid padat
Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.
3. Jaringan limfoid noduler
Sebenarnya
merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati
jaringan tersebut dan tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus
lymphaticus. Jaringan limfoid ini merupakan bangunan sementara yang
dapat menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi
limfosit. Bagian tengah nodul berisi limfosit-limfosit muda yang
berukuran besar dengan inti pucat yang disebut centrum germinalis.
Organ Limfoid terdiri dari :
Thymus,
Nodus lympaticus,
Lien
Tonsilla,
Thymus
Thymus
merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan
pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk
dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid
primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama
pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit
yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami
kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ
limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T.
Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal
centers tidak terdapat di organ ini.
I. Gambaran Histologis
Tiap
lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan
melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran
0,5 – 2 mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel
retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain,
diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk
stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan lien, tetapi berasal dari
endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla sampai membentuk
struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli (thymic corpuscle).
Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.
a. Cortex
Limfosit
dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di
cortex adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel
retikuler terlihat dengan M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya
adalah sel stelat dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran
7-11 mikron. Limfosit besar banyak terdapat di bagian perifer dan makin
kedalam jumlah limfosit kecil makin bertambah, sehingga cortex bagian
dalam sangat padat oleh limfosit kecil. Dalam cortex terjadi proses
proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag yang walaupun sedikit
merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang juga ditemukan
sedikit plasmasit dalam parenkim.
b. Medulla
Pada medulla,
banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang mempunyai
tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula sel
retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk
corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian
tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit
terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil.
Perbedaan dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan
sitoplasma lebih banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam
jumlah kecil seperti makrofag dan eosinofil.
II. Pembuluh Darah
Cortex
mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari
arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat
sedikit perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi
dinding kapiler cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih
permeabel. Maka, limfosit dalam cortex dilindungi terhadap pengaruh
makromolekul dengan adanya blood-thymus barier. Pembuluh limfe terdapat
di jaringan pengikat penyekat lobulus.
III. Histogenesis
Thymus
berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III.
Mula-mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx,
dengan adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh
sel-sel yang juga mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim
di sekelilingnya. Pada umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin
lama makin bertambah dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang
dihubungkan oleh desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.
IV. Involusi
Proses
invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak.
Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan,
misalnya penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini
disebut sebagai accidental involution. Pada binatang percobaan akan
terjadi experimental involution yang dapat diikuti regenerasi yang
intensif.
Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan
perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang
parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari
jaringan pengikat interlobuler.
V. Histofisiologis
Limfosit
sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang
bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed
hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus
tertentu. Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi
diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit
thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.
Apabila
sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit
thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di
cortex tepi memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah
dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang
berbeda dengan di limfosit di organ limfoid perifer, denganh adanya
blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju
organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh
thymus (thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus
lymphaticus, selubung limfoid periarterial di lien, daerah antara
nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks.
Nodus Lymphaticus
Nodus
lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret
sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang
mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara
spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran
1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan
tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk
melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui
hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang
retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.
I. Gambaran Histologis
Nodus
lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi
anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus
lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang
menebal di daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai
trabekula. Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut
retikuler yang berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini
diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus
lymphaticus terbagi atas cortex dan medulla, dengan perbedaan terdapat
pada jumlah, diameter dan susunan sinus.
a. Cortex
Dengan M.E.
tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh
trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah
sebagai nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris
dan jaringan limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder
menmpati cortex bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati
cortex bagian dalam atau daerah paracortical.
Pada pengamatan dengan
M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih dengan sitoplasma
menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga membuat
serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk terdapat
di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak
limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh
darah aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih
longgar dan terutama terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang
makin bertambah.
b. Medulla/Medulla Cord
Medulla cord
merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar pembuluh
darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan berakhir di
daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman serabut
retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit,
plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam
keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.
II. Pembuluh Darah
Hampir
semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk melalui
hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri
dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler.
Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler
membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam
venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul
menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak
mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian
pembuluh darah di tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.
III. Histofisiologis
Dinding
pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel
yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya
barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen.
Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana
mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari
perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan
menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.
Nodus lymphaticus
berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena terdapat
sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan
dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus disebabkan
adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk mengenal
antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga
merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau
sumsum tulang.
Hemal Nodes
Apabila dalam nodus lymphaticus
ditemukan eritrosit sangat banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini
ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.
Lien
Lien
merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah
kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh
peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan
membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping
sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula
untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit,
dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi
pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.
I. Gambaran Histologis
Lien
dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri
sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan
dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke
tengah organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya
daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan
pulpa alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang
dinamakan pulpa ruba.
a) Pulpa alba
Pulpa alba sering
disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan limfoid
difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial
(periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru
meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai
bercabang-cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa
tempat selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal
center merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung
limfosit Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS
terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di
tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman
terdapat limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada
waktu adanya rangsangan antigen di daerah PALS banyak terdapat limfosit
besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.
b) Pulpa rubra
Pulpa
rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur
sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai
splendic cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena
eritrosit yang mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di
dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis
sel dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat
dengan mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag
kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen.
Bagian tepi pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra
sebesar 80-100 mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang
mengandung sinus venosus kecil. Zona marginais merupakan pulpa rubra
yang menerima darah arterial sehingga merupakan tempat hubungan pertama
antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.
Capsula dan Trabecula
Capsula
dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot
polos dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel
mesotil sebagai bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula
yang membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih
banyak serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.
Arteri
Cabang-cabang
arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali
bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri
muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat
padat trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut
mennggalkan trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan
limfoid hingga menjadi arteri sentralis.
Arteri sentralis merupakan
arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai selapis atau
dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin
kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan
bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria
pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang
menjadi 2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung
Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.
2. Sheated capillary, tanpa otot polos
3. Terminal arterial capilarry
Sinus Venosus dan Vena
Sinus
venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di
sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus
venosus sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya
terdiri atas endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam
filament yang tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat
intercellular junction. Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus
venosus akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang menpunyai dinding
terdiri atas endotil memanjang, lamina basalis dan selapis tipis otot
pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena trabecula yang akan
berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.
Hubungan Arteri dan Vena
Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:
1. Teori sirkulasi terbuka
Teori
ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah
antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.
2. Teori sirkulasi tertutup
Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut pada suatu tempat.
Histogenesis dan Regenerasi Lien
Primordium
lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan
jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim
memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya
sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian
muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus
vitelinus, hepar atau medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian
beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah pengaruh
Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam
medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan diambil alih
oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan dengan
timbulnya jaringan pengikat.
Tonsilla
Lubang
penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini
membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan
limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah
tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas
nyata.
Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:
a. Tonsila Lingualis
Tonsilla
lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai
tonjolan-tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang
melanjutkan diri sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh
epitel gepeng berlapis. Crypta tersebut dikelilingi oleh jaringan
limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami infiltrasi dalam epitel dan
berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami degenerasi dan membentuk
suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah terlepas bersama bakteri
sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta bermuara kelenjar mukosa.
Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus lymphaticus.
b. Tonsila Palatina
Diantara
arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah
jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut
tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi
mengadakan invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar
crypta, batas antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi
limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah melintasi epitel bersama
dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum salivarius.
Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan germinal centernya
tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang difus. Antara nodulus
lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat
(capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila
ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.
c. Tonsila Pharyngealis
Pada
atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid
yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis.
Jenis epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel
semu berlapis bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan
invaginasi membentuk crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan
banyak infiltrasi limfosit, dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus
yang mengikuti lipatan-lipatan. Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh
capsula tipis jaringan pengikat dan diluar capsula terdapat
kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus jaringan
limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.
Shofiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).