Ilmu merupakan pondasi tegaknya amalan dan ibadah. Sebagian ulama salaf (terdahulu) berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka dia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 93)
Jumat, 27 September 2013
Pengukuran Tekanan Darah Arteri
Tekanan darah merupakan besaran yang sangat penting dalam dinamika peredaran darah (hemodinamika). Tinggi tekanan darah pada berbagai macam pembuluh darah tidak sama, tekanan darah pada arteri lebih tinggi daripada tekanan darah pada vena.
Pada pemeriksaan fisik seorang penderita, pengukuran tekanan darah arteri sudah menjadi suatu keharusan, pengukuran ini selalu dilakukan di samping pemeriksaan lain.
Sampel sekarang telah dikenal dua macam cara pengukuran tekanan darah arteri, yaitu:
1. Pengukuran tekanan darah arteri secara langsung (direct method) dan
2. Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung (indirect method)
Pengukuran tekanan darah arteri secara langsung dilakukan dengan jalan menembus arteri (cara invasif) dan kemudian memasukkan salah satu ujung sebuah pipa (tube,catheter) ke dalam arteri tersebut sedangkan ujung pipa lain dihubungkan dengan sebuah manometer. Dengan demikian, tinggi tekanan darah di dalam arteri tersebut dapat diukur. Pengukuran tekanan darah arteri ini secara langsung dilakukan hanya di laboratorium yang besar saja dan baru dilakukan kalau perlu, misalnya untuk mendapatkan data hemodinamik yang teliti untuk keperluan pembedahan jantung.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung dilakukan dengan teknik yang sederhana, tanpa menembus arteri (non invasif) dan dapat dilakukan dimana saja jika diperlukan.
Pengukuran tekanan darah arteri baik secara langsung maupun secara tidak langsung bertujuan untuk mengetahui tinggi tekanan darah arteri pada waktu sistole ventrikel (tekanan sistol) dan pada waktu diastole ventrikel (tekanan diastolik).
Kadang-kadang oerlu pula diketahui tinggi tekanan darah arteri rata-rata, tinggi tekanan darah ini adalah
TR = TD + 1/3 (TS-TD) mmHg
TR = Tinggi tekanan darah arteri rata-rata
TS = Tinggi tekanan sistolik
TD = Tinggi tekanan diastolik.
Pada pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini, dikenal pula pengukuran secara palpatoar (palpatoir) dan pengukuran secara auskultatoar (auscultatoir). Cara palpatoar dilakukan dengan jalan meraba (palpasi) denyut nadi dengan jari telunjuk dan jari tengah. Dengan cara ini, dapat diketahui hanya tekanan sistolik saja. Cara auskultatoar dilakukan dengan jalan mendengar (auskultasi) bunyi detak dan desir aliran darah di dalam arteri dengan perantaraan stetoskop/ Dengan cara ini baik tinggi tekanan sistolik maupun tinggi tekanan diastolik dapat diketahui. Cara auskultatoar ini diketemukan oleh korotkoff pada tahun 1905 dan sampai sekarang masih tetap dipergunakan orang. Dalam pekerjaan sehari-hari, kedua carfa ini biasanya dipakai bersama-sama sesuai dengan keperluan.
Dengan berkembangnya teknologi dalam dunia keodkteran, telah diciptakan pula alat pengukur tekanan darah arteri secara tidak langsung tanpa palpasi dan tanpa auskultasi.
Tinggi tekanan darah arteri pada orang dewasa yang normal dalam keadaan istirahat dalam posisi berbaring adalah 120 mmHg untuk tekanan sistolik 70mmHg untuk tekanan diastolik (ditulis 120/70 mmHg). Tinggi tekanan darah ini bervariasi antara lain karena umur, jenis kelamin, dan posisi badan atau bagian badan. yang menimbulkan variasi tinggi tekanan darah arteri karena posisi badan atau bagian badan adalah tidak lain dari pada gaya berat.
Pada orang yang berdiri tegak misalnya, tekanan darah arteri pada kaki lebih tinggi daripada tekanan darah arteri pada kepala, sedangkan pada orang yang berbaring, tinggi tekanan darah arteri di seluruh badan adalah sama. Dalam hal ini, pada orang yang berdiri tegak, tekanan darah arteri yang di kaki mendapat tambahan tekanan hidrostatis kolom darah di dalam badan sedangkan yang di kepala tidak. Pada orang yang berbaring, kolom darah di dalam badan terletak horizontal (tegak lurus terhadap gaya berat) sehingga pengaruh gaya berat terhadap seluruh kolom darah adalah sama besarnya.
Pada berat jenis darah yang normal, tinggi tekanan hidrostatis ini adalah 0,77 mmHg/Cm pada arah gaya berat. Dengan demikian, jika tinggi tekanan darah arteri rata-rata setinggi jantung misalnya 100mmHg, maka tinggi tekanan darah arteri rata-rata di kaki yang letaknya 105 Cm di bawah jantung adalah 100 + (105 x 0,77) mmHg = 180 mmHg sedangkan tinggi tekanan darah arteri rata-rata di kepala yang letaknya 50 Cm di atas jantung adalah 100 - (50 x 0,77) mmHg = 62 mmHg.
Pada orang yang berbaring, seluruh badan terletak pada bidang horizontal sehingg tekanan darat arteri rata-rata di sepanjang badan sama tingginya.
ALAT – ALAT YANG DIPERGUNAKAN
1. Stetoskop
Stetoskop adalah alat yang berguna untuk mendengar bunyi yang timbul dalam badan. Alat ini terdiri atas:
a. Ujung bagian telinga (ear piece) yang dipasang di telinga pemeriksa pada waktu memeriksa penderita
b. Ujung bagian dada (chest piece)nyang diletakkan di atas dada penderita pada waktu pemeriksaan. ujung bagian dada ini ada dua macam:
1) ujung yang berbentuk corong
2) ujung yang lebar dengan diafragma.
Ujung yang berbentuk corong dipergunakan untuk mendengar bunyi dengan berbagai frekuensi sedangkan ujung yang lebar dengan diafragma hanya untuk bunyi dengan frekuensi yang tinggi saja, bunyi dengan frekuensi yang rendah direndam oleh diafragma. ujung yang berbentuk corong tidak boleh ditekan terlalu keras di atas kulit sebab kulit yang tergang karena tekanan yang keras itu dapat berfungsi sebagai diafragma sehingg bunyi yang berfrekuensi rendah tidak terdengar.
2. Sfigmomanometer dan balut Riva Rocci
Alat ini terdiri atas sebuah manometer yang dihubungkan dengan sebuah kantong yang berbentuk balut, berdinding keras sehingga tidak dapat diregangkan dan dapat diisi udara di dalamnya. Kantong atau balut ini disebut Riva Rocci. Balut Riva Rocci ini dihubungkan pula dengan sebuah pompa udara yang berguna untuk memasukkan udara ke dalam balut tersebut. Pompa udara ini diperlengkapi dengan keran untuk mengeluarkan udara dai dalam balut.
Manometer yang dipergunakan pada oengukuran ini dapat manometer yang memakai pegas dan dapat pula manomenet air raksa. dengan memompa udara ke dalam balut, makan tekanan udara di dalam balut naik dan pompa balut ini lalu mendesak jaringan yang berbalut sehingga arteri di bagian tengah terjepit. Dengan terjepintya arteri ini kembali, udara di dalam balut dikeluarkan dengan memutar keran yang terdapat di tangkai pompa udara.
CARA KERJA
Pengukuran tekanan darah arteri dalam praktikum ini didasarkan atas cara pengukuran tekanan darah arteri yang dianjurkan oleh American Heart Association.
Orang yang akan diukur tinggi tekanan daranya (probandus) disuruh berbaring dengan tenang. Kemudian lengan atas probandus dibalut dengan Riva Rocci. Pembalutan harus cukup ketat dan balut harus cukup lebar agar didapatkan hasil pengukuran yang benar.
Pengukur melakukan palpasi pada nadi pergelangan tangan probandus. Setelah denyut nadi teraba, udara dipompa ke dalam balut Riva Rocci sampai denyut nadi menghilang. Pada saati ini arteria Brachialis sudah terjepit sehingga aliran darah di dalamnya terhenti. pemompaan udara diteruskan sedikit lagi (+30 mmHg) dan pemeriksa meletakkan ujung bagian dada stetoskop di atas lipatan siku probandus di luar balut (pergunakanlah ujung bagian dada yang berbentuk corong). Setelah ujung bagian dada stetoskop terletak dengan baik di lipatan siku probandus, keran pada pompa udara dibuka dan udara mengalir keluar dari dalam balut Riva Rocci sementara pemeriksa mendengar pada stetoskop dengan seksama.
Pada suatu saat terdengar bunyi detak seperti bunyi detak jantung. Bunyi ini ditimbulkan oleh benturan aliran darah pada balut Riva Rocci. Setelah terdengar beberapa detak, timbulah suara mendesis mengiringi detak tadi. Desis ini dikenal dengan istilah bising Korotkoff. Bising ini terdengar makin keras semakin banyak udara yang dikeluarkan dari dalam balut Riva Rocci. Pada suatu saat bising ini menjadi redup dan kemudian menghilang, smenetara udara yang terdengar di dalam balut Riva Rocci terus mengalir keluar sampai akhirnya balut kempis.
Ada dua peristiwa yang pelru diperhatikan dalam pengukuran ini:
1. Saat terdengarnya detak yang pertama. Pada saat ini darah di dalam arteria Brachialis mulai mengalir dan jika dilakukan palpasi, maka denyut nadi akan mulai teraba pada saat itu, Detak ini terdengar pada saat tekanan sistolik mencapai puncaknya. Jadi tekanan sistolik ini dapat diketahui baik dengan cara auskultatoar maupun dengan cara palpatoar. tinggi tekanan sistolik terdarasebut sama dengan tinggi tekanan di dalam balut riva Rocci seperti yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada saat itu.
2. Saat meredupnya bising Korotkoff. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti, saat meredupnya bising korotkoff ini ternyata bersamaan dengan saat tercapainya tinggi tekanan diastolik. Saat ini dapat diketahui hanya dengan cara auskultatoar saja. Tinggi tekanan diastolik ini sama dengan tinggi tekanan udara di dalam balut Riva Rocci seperti yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada saat itu.
Bising Korotkoff diduga ditumbulkan oleh turbulensi aliran darah pada arteria Brachialis. Ada peneliti yang berpendapat bahwa turbulensi tersebut diakibatkan oleh kecepatan aliran darah yang melampaui kecepatan kritis dan ada pula yang berpendapat bahwa turbulensi tersebut diakibatkan oleh aliran darah di arteri di bawah balut yang sempit itu tiba-tiba menerjang ke tempat yang lebar di luar balut yang darah di dalamnya sedang keadaan statis. Kadang-kadang, setelah bising Korotkoff meredup, ia masih terus terdengar sampai balut Riva Rocci kempis.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini juga dilakukan pada anak-anak. Dalam hal ini pengukuran dapat dilakukan pada paha anak-anak. Untuk mendapat hasil yang teliti, lakukanlah pengukuran ini beberapa kali dan biasakanlah mengeluarkan udara dari dalam balut Riva Rocci tidak terlalu deras (membuka keran tidak terlalu besar) sehingga angka yang ditunjukkan oleh jarum manometer pada kedua saat yang oenting tadi tidak terlangkahi.
Kadang-kadang bising Korotkoff menghilang untuk sementara waktu di suatu daerah di antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik dan terdengar kembali dekat sebelum tercapai tekanan diastolik. Menghilangnya bising Korotkoff ini dikenal dengan istilah auscultation gap yang sebabnya sampai sekarang belum diketahui orang. Pada pengukuran yang kurang teliti, auscultation gap ini dapat mengacaukan bahwan memberikan hasil yang salah.
Lakukanlah pengukuran ini pad probandus dengan posisi badan:
1. Berbaring dengan kedua lengan lurus sejajar dengan sumbu badan
2. Duduk dengan kedua lengan tergantung lurus ke bawah
3. Bediri dengan kedua lengan tergantung lurus sejajar dengan sumbu badan
Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap-tiap posisi badan dan hasil yang diambil adalah hasil rata-ratanya.
KEPUSTAKAAN
Beme, R.M., and Levy,M,N.1981.Cardiovascular Physiology. Mosby Company, St Louis.
Delp, M.N., and Manning, R.T.1975 Major’s Physiology Diagnosis.W.B.Saunders Company, Philadelphia.
Ganong.W.F.1975.Review of Medical Physiology.Lange Medical Publications, Los Altos.
Rushmer,R.F.1975.Structure and Function of the Cardiovascular System.W.B.Saunders Company, Philadelphia.
DASAR PENGUKURAN
Pengukuran menggunakan pita pada lengan (arm band) yang akan diisi dengan udara sehingga menekan arteri di bawahnya. Pemeriksa mendegarkan menggunakan stetoskop, bising yang dihasilkan oleh darah pada saat melewati arteri.
Ketika pita menekan arteri di bawahnya, darah tidak dapat melewaati arteri pemeriksa tidak mendengar bising kemudian secara pelan-pelan tekanan dikurangi bising akan muncul yang kemudian disebut tekanan darah sistolik. Tekanan dari pita semakin kecil, bising arteri hilang lagi, saat ini disebut tekanan darah diastolic.
1. Tensimeter dipompa sampai manset menekan arteri di bawahnya, diaman darah tidak dapat melewatinya: tidak terdengar bising pada stetoskop.
2. Tekanan diturunkan secara perlahan, darah akan melewati arteri lagi: terdengar bunyi bising dan saat pertama kali terdengar bunyi tekanan yang terukur adalah tekanan darah sistolik.
3. Tekanan diturunkan pelan, darah yang melewati arteri akan menimbulkan bising pada stetoskop.
4. Tekanan diturunkan sampai bunyi bising terdengar lemah pada stetoskop, kemudian menghilang. Saat ini tekanan darah yang terukur adalah tekanan darah diastolik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).