Jumat, 20 September 2013

Jaringan Syaraf (2)

Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat hampir di seluruh jaringan tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsang tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang.
Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin.
Jaringan saraf sebagai suatu sistem komunikasi biasanya dibagi menjadi :
Systema nervorum centrale dan Systema nervorum periferum.

STRUKTUR HISTOLOGIS

Komponen jaringan saraf terdiri atas :

Sel saraf,
serabut saraf dan
jaringan pengisi.

Pada dasarnya jaringan saraf berasal dari ja­ringan ektoderm.

SEL SARAF

Sel saraf yang dinamakan pula sel neron berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar lainnya karena adanya tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya.

Oleh karena itu sel saraf dibedakan menjadi:

badan sel,
dendrit dan
neurit.

BADAN SEL

yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung fungsi dan letaknya.
Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk bulat; dan berukuran besar. Di dalamnya terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar. Nukleolus biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri. Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf, oleh karena berkaitan erat sekali dengan kegiatan sel saraf. Dalam nukleolus banyak mengandung molekul RNA yang penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis protein, sehingga mengikat warna basofil.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain. Ciri khas dari sitoplasma sel neron yaitu adanya bangunan basofil yang berbentuk sebagai bercak-bercak yang dinamakan: Substansi Nissl yang tidak lain adalah granular endoplasmic reticulum yang banyak mengandung butir-butir ribosom sebesar 100–300Œ. Kehadiran bangunan tersebut mendukung adanya kegiatan sintesis protein. Bentuk dan susunan substansi Nissl sangat tergantung dari jenis sel saraf nya.
Mitokhondria yang dikenal sebagai sumber energi bagi sebuah sel juga terdapat dalam sitoplasma sel saraf bahkan meluas ke da­lam tonjolan-tonjolannya. Energi yang dibutuhkan oleh jaringan saraf jelas apabila diukur konsumsi oksigen dan kandungan glukosa dalam sel saraf.
Kompleks Golgi merupakan organela yang untuk pertama kalinya diketemukan dalam sel saraf oleh Camillo Golgi dalam tahun 1898, yang di kemudian hari juga diketemukan dalam sel-sel bukan saraf. Kedudukan kompleks Golgi tergantung jenis sel sarafnya.
Organela lain dalam sel saraf yang meluas sampai tonjolan-tonjolannya yaitu yang dinamakan nerofibril. Dengan berbagai teknik histologi dapat ditunjukkan adanya serabut-serabut halus khususnya dalam axon. Apa yang dilihat sebagai nerofibril dengan mikroskop cahaya, ternyata dengan M.E. terdiri atas berbagai bentuk misalnya sebagai mikrotubuli, nerofilamen dan aktin. Fungsinya selain bertindak sebagai kerangka sel juga diduga sangat berguna dalam pengangkutan bahan-bahan dalam tonjolan sel.
Di samping organela, di dalam sel saraf diketemukan pigmen yang fungsinya kurang jelas. Ada dua jenis pigmen dalam sel saraf, yaitu: pigmen lipokhrom yang berwarna kuning dan pigmen mela­nin yang berwarna coklat atau hitam.

DENDRIT

Merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabang-cabang sebagai pohon sehingga memperluas permukaan sel saraf. Pada pangkalnya di badan sel terdapat perluasan substansi Nissl dan mitokhondria, namun nerofibril dan mikrotubuli meluas sampai ujung dendritnya.
Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat adanya tonjolan-tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut gemula dan spina. Bangunan tersebut digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf lainnya melalui sinapsis.
Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya merambatkan impuls ke arah badan sel.

AXON

Berbeda dengan tonjolan yang dinamakan dendrit, maka axon merupakan tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang meninggalkan badan sel. Bahkan salah satu jenis sel saraf dalam retina yang disebut sel amakrin tidak memiliki axon sama sekali. Axon berpangkal pada badan sel se­bagai suatu bukit kecil yang dinamakan oxon hillock. Di dalam daerah ini tidak terdapat substansi Nissl, karena di daerah ini banyak nerofibril yang akan meninggalkan badan sel.
Panjang axon dari beberapa cm sampai beberapa puluh cm demikian pula diameternya juga berbeda-beda. Makin besar diameternya makin cepat perambatan impulsnya.
Di beberapa tempat axon memberikan percabangan yang dina­makan kolateral, sedang ujung axon akan bercabang-cabang se­bagai pohon yang dinamakan telodendron.
Oleh karena axon perlu menghantarkan impuls yang tidak lain adalah perubahan potensial listrik, maka agar efisien perlu dibungkus dengan bahan isolator yang dinamakan Selubung mielin. Sebelah luarnya masih ada selubung lain yang dinamakan selubung nerolema. Mengenai hal ini akan dibahas lebih jauh pada bagian serabut saraf dari Sistem Saraf Perifir.

JARINGAN PENGISI

Yang dimaksudkan dengan jaringan pengisi meliputi semua komponen jaringan saraf yang tidak ikut berfungsi dalam merambatkan impuls saraf, tetapi bukan jaringan pengikat oleh karena berasal dari jaringan ektoderm.
Jaringan pengisi ini dibedakan untuk Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifir.

Pada Sistem Saraf Pusat, sel-sel jaringan pengi­si dinamakan neroglia,

Pada Sistem Saraf Perifer terdapat sel satelit atau sel kapsel dalam ganglion, dan sel Schwann

Fungsi jaringan neroglia bertindak sebagai ;
- penyokong, untuk nutrisi dan sebagai
- isolator terhadap gel saraf.

Hubungan antara sel glia dan sel saraf demikian eratnya sehingga merupakan unit fungsional.

Dalam Sistem Saraf Pusat dibedakan adanya beberapa jenis sel seperti :

sel ependim,
astrosit,
oligodendroglia dan
mikroglia.

Seperti juga sel-sel saraf, sel-sel neroglia tidak mudah diperlihatkan tonjolan-tojolannya.
Untuk mempelajari morfologi sel-sel glia tidak cukup dengan pewarnaan H.E. saja, melainkan memerlukan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan dengan perak atau emas. Bahkan pengamatan dengan M.E. sangat membantu dalam mengungkapkan struktur halus dan fungsinya.
Dengan pewarnaan H.E. sel glia hanya dapat dipastikan dari bentuk dan ukuran intinya saja oleh karena tidak dapat dilihat de­ngan baik tonjolan-tonjolannya.

Astrosit menunjukkan inti yang paling besar dan berbentuk ovoid atau bulat dengan warna yang pucat oleh karena butir-butir khromatin yang halus dan tersebar. Sebagian besar khromatin menempel pada selubung inti sehingga batas inti menjadi lebih jelas. Di dalam intinya kadang-kadang dapat terlihat nukleolus.

Oligodendroglia atau oligodendrosit merupakan populasi yang paling banyak diketemukan sebagai kumpulan inti yang berukuran lebih kecil daripada inti astrosit. Inti yang berbentuk bulat dan ovoid ini berwarna lebih gelap karena khromatinnya lebih padat. Kadang-kadang dalam intinya dapat diketemukan nukleolus pula.

Mikroglia merupakan pengecualian dalam asal-usulnya oleh ka­rena berasal dari jaringan mesenkhim. Sel ini dapat dibedakan dengan yang lain karena bentuk intinya yang memanjang dengan butir-butir khromatin yang tersebar rata. Kadang-kadang masih dapat terlihat sitoplasma di sekitar intinya.

Sel ependim telah umum disepakati dimasukkan ke dalam kelompok neroglia, walaupun badan selnya tidak terdapat di antara sel-sel saraf. Oleh karena pada saat pembentukan Sistem Saraf Pusat sel-sel ependim membatasi Tuba neuralis maka setelah lahir sel-sel ini masih diketemukan membatasi rongga otak yang dinamakan ventriculus dan rongga pada Medulla spinalis yang dinamakan Canalis centralis.

Sel-sel ependim yang berbentuk silindris pendek tersusun sebagai epitil paling sedikit mempunyai 3 fungsi yaitu :

proliferatif, sebagai
penyokong karena tonjolan-tonjolannya terdapat di antara sel-sel saraf, dan berbentuk sebagai epitil plexus choroideus.

Fung­si terakhir ini mempunyai kaitan dengan produksi cairan serebrospinal.
Sel mirip spongioblas diketemukan di antara sel-sel neroglia yang lain mempunyai inti yang paling kecil, berbentuk bulat dan lebih padat susunan khromatinnya.
Untuk mempelajari percabangan tonjolan sitoplasma sel-sel neroglia digunakan fiksasi larutan bikhromat yang kemudian dilakukan pewarnaan khusus. Atas jasanya mendapatkan cara pe­warnaan khusus ini Camillo Golgi memperoleh Hadiah Nobel dalam tahun 1906. Dengan mempelajari tonjolan-tonjolan tersebut orang lebih dapat memahami fungsi menopang, karena ternyata betapa kompleksnya tonjolan-tonjolan tersebut membentuk anyaman.

Astrosit protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini mempunyai tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai cabang-cabang yang lebih kecil membentuk "perivascular feet". Di dalam sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan gliosom.

Astrfit fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba. Perbedaannya dengan astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan-tonjolannya yang lebih panjang dan lurus de­ngan sedikit percabangan. Di dalam tonjolan-tonjolan tersebut ter­dapat gambaran filamen.

Oligodendroglia untuk pertama kalinya diketemukan oleh Del Rio Hortega. Sel tersebut selain lebih kecil juga mempunyai tonjolan sangat sedikit (oligo = sedikit) yang tidak memperlihatkan gambaran filamen di dalamnya. Sel ini banyak diketemukan dalam substantia grisea terutama di dekat sel-sel neron sehingga dinamakan juga sebagai sel satelit perineal. Pada substantia alba oligodendroglia biasanya terdapat di antara serabut-serabut saraf bermielin, karena sel-sel tersebut membentuk selubung mielin seperti halnya Sel Schwann pada Sistem Saraf Perifir. Apabila ter­dapat di antara pembuluh darah dinamakan sel satelit perivaskuler.

Mikroglia yang berasal dari sel-sel yang berasal dari mesoderm dinamakan pula mesoglia. Sel inipun diketemukan untuk pertama kali oleh Del Rio Hortega dalam tahun 1920. Lebih banyak dike­temukan dalam substantia grisea sebagai sel-sel satelit perivaskuler. Oleh karena sel-sel mikroglia ini baru diketemukan setelah otak mendapatkan pembuluh darah, maka diduga bahwa sel-sel tersebut datang bersama-sama dengan pembuluh darah. Mula-mula tampak sebagai sel-sel ameboid di bawah piamater (pembungkus otak) kemudian masuk ke dalam jaringan saraf. Pada kerusakan jaringan otak sel-sel mikroglia dapat berubah menjadi fagosit.

Ependim yang digolongkan dalam sel neroglia mempunyai fungsi:

1) Pada waktu pembentukan Sistem Saraf Pusat sebagai sel-sel proliferatif yang menghasilkan neroblas yang akan jadi sel saraf, dan spongioblas yang akan menjadi neroglia.
2) Sebagai sel penyokong.
3) Sebagai pembatas rongga Sistem Saraf Pusat.
4) Sebagai epitil Plexus choroideus.

Shofiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar



إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).