Dalam sistem saraf perifer ini akan dibahas: Serabut saraf, Ganglion dan akhiran saraf.
I. SERABUT SARAF
Yang
dimaksudkan serabut saraf yaitu biasanya axon yang memiliki selubung
tipis yaitu : nerolema atau selubung Schwann, yang merupakan lembaran
protoplasma sel-sel schwann yang berasal dari crista neuralis. Di bawah
selubung schwann terdapat selubung mielin.
Pada serabut saraf yang
bermialin pada jarak tertentu selubung mengecil membentuk simpul yang
dinamakan Nodus Ranvier, di mana nerolema juga mengikutinya .
Serabut
saraf bermialin di perifer agak berbeda dengan yang ada dipusat susunan
saraf dalam hal nerolemanya, yaitu diselubungi oleh sel schwann sedang
di susunan saraf pusat oleh sel oligodendroglia.
Kalau dendrit
dibandingkan terhadap axon, maka axon jauh lebih panjang dari pada
dendrit. Lagi pula diameter axon relatif tetap sampai ujungnya,
sedangkan diameter dendrit akan mengecil apabila menjahui pangkalnya.
Ujung axon akan bercabang – cabang sebagai pohon dinamakam telodendria.
Unsur
utama dari axon adalah lanjutan sitopalasma yang dinamakan axoplasma.
Sebagai lanjutan sitopalasma dalam axoplasma didapat pula organel :
mitokondria, nerofibril dam mikrotubuli namun tidak diketemukan granular
endoplasmic reticulum. Sebagai lanjutan dari nerolema axoplasma
dibatasi oleh axolema
Selubung mielin terdiri atas bahan seperti
lemak yang merupakan campuran diantaranya kolesterol, fosfolipid, dan
serebrosid. Oleh karena lipid larut selama proses pembuatanya maka
didaerah selubung mielin hanya meninggalkan endapan protein sebagai
nerokeratin. Sedangkan apabila digunakan asan osmium di daerah selubung
mielin terlihat adanya gambaran celah miring sebagai corong yang
dinamakan incisura Schmidt lantermann.
Dengan pengamatan M.E.
selubung mielin menampakan gambaran berlapis-lapis, berikut ini akan
menjelaskan bagaimana akan terjadinya selubung tersebut.
Terbentuknya
selubung mielin didasarkan pada “jelly roll” hypothesis yang menyatakan
bahwa sitoplasma sel schwann yang semula melingkupi axon secara
langsung akan berputar berkali-kali dengan axon sebagai sumbunya.
Dari
terjadinya mielin tersebut nyata bahwa selubung mielin merupakan bagian
dari sel schwann, namun secara muda, biasa dikatakan bahwa nerolema
adalah badan dari sel schwann dengan inti dan sitoplasma di
sekelilingnya, sedangkan selubung mielin berdiri sendiri.
Pada
saraf perifer, serabut saraf umumnya dikelompokan sebagai berkas-berkas
yang dinamakan saraf. Sebelum merupakan sebagai berkas, disebelah luar
dari nerolema dilapisi oleh selubung jaringan pengikat yang berasal
mesodermal yang dinamakan endoneurium atau selubung Henle.
Serabut-serabut
saraf bersama endoneuriumnya bergabung menjadi berkas yang diselubungi
oleh jaringan pengikat padat yang dinamakam : perinerium.
Yang
selanjutnya berkas ini diikat lagi menjadi berkas yang lebih besar lagi
oleh jaringan padat yang dinamakan : epinerium. Di dalam berkas yang
besar tersebut mungkin tidak ditemukan berkas serabut saraf yang tidak
bermielin yang disebut juga serabut lemak. Karena tidak bersulubung
mielin maka serabut lemak tidak tampak bersegmen-segmen.
Nerolema
merupakan selubung atau sarung yang terbentuk oleh deretan sel-sel
schwann sepanjang serabut saraf hanya terdiri atas sebuah sel schwann.
Sitoplasma di daerah tepi yang tipis akan membentuk tonjolan-tonjolan
mengelilingi serabut saraf.
Sinapsis
Apabila
axon di rangsang maka impuls yang terbentuk akan dirambatkan baik kea
rah badan sel maupun menjahui badan selnya sampai keujung-ujung yang
dinamakan telodendron. Untuk mencapai sel saraf berikutnya diperlukan
suatu alat yang disebut sinapsis. Keistimewaan sinapsis ini hanya dapat
merambatkan impuls dalam satu arah saja.
Dalam perambatan impuls dapat dibedakan sebagai berikut :
· Axodendritik, dari axon ke dendrite lain.
· Axosomatik, dari axon ke badan sel lain.
· Axo-axinik, dari axo ke axon lain.
· Dendro dendritik, ke dendrite lain.
· Somato-somatik, antara badan sel saraf.
Kemampuan sebuah sel saraf untuk merambatkan ke sel saraf lainnya berbeda-beda sehingga jumlah sinapsisnya berbeda-beda.
Ujung
– ujung telodendron berbentuk sebagai benjolan kecil yang di namakan
boutons terminaux. Lebih sering cabang axon membentuk beberapa sinapsis
sepanjang perjalannya sehingga jenis hubungan ini dinamakan : boutons en
passage.
Apabila di amati pada ujung axon tampak mitokondria dan gelembung-gelembung halus yang dinamakan : gelembung sinaptik.
Gelembung
sinaptik berisi subtansi, subtansi tersebut dinamakan neurotransmitter,
yang dapat berupa sebagai : asetil kholin, neropinefrin, dopamine,
serotonin, GABA ( gamma amino butyric acid
II. AKHIRAN SARAF
Ujung
– ujung tonjolan baik sebagai axon ataupun yang berfungsi sebagai
dendrit tidak selalu berhubungan dengan saraf lain melainkan berakhir
bebas ataupun berhubungan dengan jenis jaringan lain. Ujung-ujung saraf
tersebut dapat mempunyai kemampuan menerima rangsangan dari
lingkungannya atau membawa pesan dari saraf untuk lingkungan sebagai
jawaban atas rangsangan yang datang.
Apabila serabut saraf mampu
membawa impuls dari ujung saraf penerima rangsangan menuju kearah pusat
susunan saraf, maka serabut saraf demikian dinamakan : serabut saraf
aferen. Sebaliknya apabila serabut saraf tersebut membawa impuls sebagai
pesan dari pusat susunan saraf untuk akhiran saraf jenis kedua, maka
serabut saraf demikian di namakan serabut saraf eferen.
AKHIRAN SARAF AFEREN
Ujung
dari saraf aferen tersebut dapat berakhir bebas dalam jaringan atau
membentuk jaringan khusus yang disebut reseptor. Reseptor dapat
membentuk ujung-ujung yang tidak berselebung yang dapat diketemukan pada
epitel, jaringan pengikat, otot atau selaput lendir dan kulit.
Reseptor
pada selaput lendir dan kulit merupakan bagian dari serabut saraf
aferen bermealin yang menjelang masuk jaringan epitel akan kehilangan
selubung mealin dengan membentuk anyaman yang disebut plexus nervosus.
Sel epitel yang berdekatan dengan reseptor dinamakan sel taktil,
berfungsi sebagai penerima rangsangan yang berbentuk rabaan.
Reseptor yang terdapat disekeliling sel rambut dinamakan reseptor peritrichial.
Kecenderungan
terjadinya modifikasi sel-sel epitel menjadi satu kesatuan fungsional
dengan reseptor memberikan penamaan khusus sebagai sel-sel nero-epitel.
Termasuk kelompok ini misalnya terdapat sebagai gemma gustatoria
Sebagai alat pengecap di lidah dan organon corti sebagai alat penerima suara.
Reseptor yang membentuk bangunan khusus
Bulbus terminalis
Reseptor
jenis ini berbentuk oval dengan selubung jaringan pengikat tipis
sebagai jaringan pengikat tipis sebagai selubung. Bagian dalam dinamakan
Bulbus internus terdapat sebuah atau lebih ujung saraf yang telah
kehilangan selubung mielinnya. Kadang-kadang ujung saraf tersebut
bergulung membentuk glomerulus. Reseptor jenis ini terdapat dalam
jaringan pengikat misalnya : bibir, lidah, pipi, langit-langit, rongga
hidung, alat kelamin, seperti ujung clitoris dan penis yang semuanya
dinamakan sebagai Bulbus terminalis Krause. Apabila terdapat dalam kulit
reseptor tersebut berfungsi menerima rangsangan dingin
Corpusculum tactilum Meissneri.
Reseptor
jenis ini biasanya ditemukan pada kulit yang tidak berambut misalnya
telapak kaki dan tangan. Berbentuk oval dengan selubung jaringan padat.
Bagian dalam diisi sel-sel jaringan pengikat gepeng yang tersusun
sejajar dengan permukaan epitel. Diantara sel-sel tersebut terdapat
ujung-ujung saraf yang telah kehilangan mielin.
Reseptor ini berfungsi menerima rangsangan rabaan halus.
Corpusculum lamellosum Vateri Pacini
Reseptor
ini berbentuk elips yang tersusun oleh lembaran-lembaran jaringan
pengikat secara kosentris seperti kulit bawang. Dalam jaringan pengikat
ini terdapat pembuluh darah. Masing-masing lembaran dipisahkan oleh
cairan jernih. Di bagian tengah terdapat rongga yang diisi oleh ujung
saraf yang telah kehilangan selubung mielin.
Reseptor jenis ini
terdapat dalam jaringan pengikat di bawah kulit terutama di telapak kaki
dan tangan., peritoneum, penis, clitoris, papilla mammae dan
sebagainya.
Muscle spindle dan neurotendinal spindle
Kalau
beberapa reseptor yang telah dibahas menerima rangsangan dari luar
sehingga dapat dikelompokan dalam eksteroreseptor, maka kali ini
reseptor menerima rangsangan yang ditimbulkan sendiri sehingga dinamakan
proprioseptor.
Reseptor ini berbentuk sebagai kumparan sebesar
0,75-1mm terselip diantara serabut-serabut otot kerangka atau serabut
kolagen dari tendo. Fungsi dari muscle spidle neurotendinal spindle
untuk mengetahui sampai seberapa jauh kontraksi otot sedang berlangsung
karena adanya keregangan otot akan bertindak sebagai rangsangan.
Corpusculum Ruffini
Jenis
reseptor ini berbentuk sebagai berkas jaringan pengikat yang didalamnya
terdapat ujung-ujung saraf yang bercabang-cabang yang berakhir gepeng.
Reseptor yang berfungsi menerima rangsangan panas ini terdapat didalam
jaringan pengikat di bawah kulit.
Akhiran Saraf Eferen
Sebagai
jawaban atau tanggapan terhadap impuls yang datang dari perifer melalui
serabut saraf afere, maka oleh pusat susunan saraf dikirimkam impuls
menjalar melalui serabut saraf eferen ke sel atau organ sasaran. Akhiran
saraf eferen tersebut akan membentuk efektor pada organ sasaran.
Menurut letaknya akhiran saraf tersebut dikelompokan dalam 2 katagori yaitu :
Akhiran saraf somatik eferen.
Akhiran saraf visceral eferen.
Akhiran
saraf somatik eferen terletak pada serabut-serabut otot kerangka yang
dinamakan sebagai motor endplate. Pada waktu saraf mendekati serabut
otot, sebelum bercabang –cabang halus, axonnya akan kehilangan mielin,
sehingga cabang-cabang axon yang dekat dengan serabut otot tidak
selubung mielin.
Dengan pengamatan M.E. pada motor end plate
tersebut axonnya hanya ditutupi tipis sitoplasma sel schwann dan
ujungnya mendekati sarkolema.
Bagian serabut otot didaerah motor
endplate menonjol walaupun arah perjalanan miofibril tidak mengikuti
penonjolan tersebut. Didaerah yang menonjol ini sarkoma banyak
mengandung mitokondria.
Oleh karena ujung-ujung saraf seakan sebagai
tapak kaki yang menempel pada serabut otot, maka bagian ujung saraf
disebut “endfoot” dan sarkoplasma yang menonjol dinamakan “soleplasm”.
Apabila
diperhatikan dengan seksama, maka ujung saraf yang melebar akan masuk
ke dalam lekukan dalam sole plasm yang dinamakan “gutters” (parit).
Sarkoma yang merupakan dasar dari parit tersebut melipat-lipat yang
dinamakan “junctional folds” membentuk celah terpisah dari celah
sinaptik. Didaerah parit tersebut axeloma dinamakan membran presinaptik
dan sakolema dihadapannya dinamakan membran postsinaptik.
Akhiran saraf eferen visceral, terletak pada alat – alat dalam.
Ujung
–ujung akhiran saraf yang merupakan efektor kehilangan mielin dan
membentuk anyaman sekeliling otot polos, otot jantung atau dibawah otot
kelenjar.
Menurut letaknya efektor tersebut dinamakan :
Kardiomotor, pada jantung
Viseromotor, pada otot alat dalam
Vasomotor, pada otot polos pembuluh darah
Pilomotor, pada otot polos folikel rambut
Sekretomotor, pada epitel kelenjer.
GANGLION
Yang
dimaksud dengan ganglion adalah kumpulan sel-sel saraf yang terdapat di
luar sistem saraf pusat. Apabila kumpulan sel-sel saraf terdapat dalam
sistem saraf pusat maka dinamakan Nukleus. Biasanya ganglion berbentuk
ovoid kecil yang dibungkus oleh jaringan pengikat padat.
Ganglion
intramural biasanya terdiri dari berapa sel saraf saja dan berada dalam
alat-alat dalam, khususnya dinding saluran pencernaan. Semua ganglion
intramural termasuk dalam sistem parasimpatik.
Berdasarkan struktur dan fungsinya dibedakan 2 jenis ganglion saraf :
Ganglion kraniospinal, terdapat pada radix dorsalis N. spinalis dan N. cranialis, dan
Ganglion otonom, yang merukan bagian dari sistem saraf otonom.
Masing-masng
badan sel ganglion atau badan sel saraf dikelilingi oleh selapis sel
kuboid yang dinamakan sel kapsel setelit dan selapis tipis jaringan
pengikat.
Ganglion kraniospinal mempunyai sel ganglion yang
termasuk tipe pseudounipoler yang mempunyai tonjolan yang berbentuk
huruf T. dua percabangan dari tonjolan tersebut disebut axon dan yang
lainnya berfungsi sebagai dendrite. Walaupun berfungsi sebagai dendrit
namun strukturnya adalah axon., karena diluar ganglion memiliki selubung
mielin.
Bagian dari ganglion lebih banyak sel-selnya dari pada di
bagian tengah di mana lebih banyak serabut-serabut saraf. Pada sedian
histologi, badan sel ganglion yang berbentuk pseudounipoler tampak
gluber dengan inti terletak di tengah.
Ganglion otonom biasanya
berbentuk sebagai pembesaran pada serabut otonom. Beberapa dari ganglion
otonom ini terdapat dalam dinding saluran pencernaan.
Ukuran sel
saraf dalam ganglion otonom hampir sama sekitar 20-45 mm mempunyai inti
relatif besar sebagai gelembung yang terletak eksentrik.
Secara faali
ganglion otonom dibedakan dalam ganglion simpatik dan ganglion
parasimpatik yang tidak dapat dibedakan secara makrofag.
Degenerasi dan Regenerasi Sistem Saraf.
Sel-sel
saraf baik pada sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer sejak
sudah dahulu dianggap tidak dapat membelah diri pada individu yang telah
selesai perkembangan sistem sarafnya. Hasil-hasil penelitian pada
akhir-akhir ini menunjukan bahwa kemungkinan besar sel-sel saraf
tersebut masih dapat membelah diri walaupun sangat lamban. Sedangkan
tonjolan-tonjolan sel saraf pada sistem saraf pusat apabila mengalami
kerusakan sangat sulit dapat tumbuh kembali. Sebaliknya pada sistem
saraf perifer penggantian tonjolan saraf berlangsung mudah selama bagian
perikarion tidak mengalami kerusakan.
Apabila sebuah saraf mati
bersama tonjolan-tonjolannya, maka sel-sel saraf yang berhubungan dengan
sel saraf tersebut tidak ikut mati, kecuali untuk sel neuron yang hanya
berhubungan dengan sel saraf mati tadi. Peristiwa semacam ini dinamakan
Degenerasi transneral.
Keadaan untuk sel-sel glia pada sistem
saraf pusat dan sel schwann serta sel satelit ganglion pada sistem saraf
perifer berlawanan dengan sel-sel saraf, oleh karena mereka sangat
mudah melangsungkan pembelahan sel. Akibatnya kematian sel-sel saraf
akan cepat diganti oleh sel-sel glia atau sel schwann atau sel satelit.
Sangatlah
perlu untuk membedakan perubahan-perubahan yang berlangsung pada bagian
proksimal dan distal dari kerusakan sebuah serabut saraf, sebab bagian
proksimal dari kerusakan yang dekat dengan badan sel lebih mudah
mengalami degenerasi total.
Kerusakan pada axon akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perikarion sebagai berikut :
- Hilangnya badan Nissl sehingga neroplasma berkurang basofil (khromatolisis)
- Membesarnya volume perikarion
- Perpindahan inti kedaerah tepi
Bagian
sebelah distal dari kerusakan, degenerasi total dialami oleh seluruh
axon bersama selubung mielin yang di ikuti oleh pembersihan sisa-sisa
degenerasi oleh sel makrofag. Sementara proses ini berlangsung, sel-sel
schwann akan membelah diri secara aktif sehingga membentuk batang solid
yang mengisi bekas yang dilalui oleh axon. Rangkain sel-sel ini akan
bertindak segai pengarah untuk pertumbuhan axon yang bertunas dalam fase
perbaikan. Serabut otot yang di persarafi axon yang rusak tampak
mengecil.
Sekitar 3 minggu setelah kerusakan serabut saraf, ujung
serabut saraf sebelah proksimal dari kerusakan akan tumbuh dan
bercabang-cabang sebagai serabut-serabut halus ke arah pertumbuhan
sel-sel schwann. Diantara sekian banyak percangan axon beberapa akan
terus tumbuh, khususnya yang dapat menerobos rangkain sel-sel schwann
untuk mencapai sel efektor, misalnya otot. Apabila celah yang memisahkan
bagian proksimal dan bagian distal dari axon cukup lebar atau pada
keadaan hilangnya sama sekali bagian distal, misalnya amputasi, maka
saraf-saraf sebagian hasil pertumbuhan baru tersebut membentuk gulungan
yang menyebabkan rasa sakit. Pembentukan gulungan tersebut diberi nama
yang sebenarnya kurang benar sebagai neroma amputasi.
Proses perubahan degeneratif pada bagian distal dari kerusakan dinamakan degenerasi sekunder dari Waller.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).